Rabu, 29 April 2015

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

Judul Materi : Penyesuaian Diri, Pertumbuhan dan Stress
Tugas Ke      : 2
Nama            : Kurniawan Wicaksono
Kelas            : 2PA13
Npm             : 14513901

I. Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan :
A. Penyesuaian Diri

Penyesuain diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) .

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi. Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).

Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku di lingkungan tersebut.

Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya dan dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.

2. Penyesuaian Sosial

Setiap iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.

Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Kedua penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang tidak sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan tersebut.
Pembentukan Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik ialah satu hal yang selalu ingin diraih setiap orang, tapi untuk itu sangat sulit tercapai apalagi saat dewasa ini yang banyak begitu tuntutan dan permasalahan baru yang terjadi kecuali bila kehidupan orang itu benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Di bawah ini ada 3 lingkungan yang dapat membentuk penyesuaian diri individu diantaranya lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.

a. Lingkungan Keluarga

Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.

Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam kenyataannya banyak orang tua yang menyadari hal tersebut namun orang tua terkadang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dengan berbagai alasan ada yang beralasan mengejar karir, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi agar keluarganya dapat mapan dan amasa depan anak-anaknya terjamin. Namun sayangnya hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di masa yang akan datang.

Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, salah satunya kemampuan untuk penyusuaian diri terhadap lingkungan baik secara fisiologis maupun psikologis apabila individu di ajarkan dengan baik oleh orang tuanya maka kelak seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.

Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut.

Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.

b. Lingkungan Teman Sebaya

Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan akan membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan apalagi saat individu beranjak remaja dan dengan adanya pertemanan yang erat akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.

c. Lingkungan Sekolah

Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.


- Penyesuaian diri yang positif
Individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal- hal sebagai berikut (Sunarto & Hartono, 2006) :
- Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
- Mampu dalam belajar
- Menghargai pengalaman
- Bersikap realistik dan objektif.
Individu akan melakukan penyesuaian diri secara positif dalam berbagai bentuk, antara lain (Sunarto & Hartono, 2006):
- Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung, yaitu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya dan melakukan segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi individu.
- Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), yaitu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalah individu.
- Penyesuaian dengan trial and error (coba-coba), yaitu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.
- Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri, yaitu individu menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam diri, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri.
- Penyesuaian dengan belajar, yaitu menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari belajar untuk membantu penyesuaian diri.
- Penyesuaian diri yang negatif
Ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu (Sunarto & Hartono, 2006):
- Reaksi Bertahan (Defence reaction), yaitu individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak mengahadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk menunjukkan dirinya tidak mengalami kegagalan dengan melakukan rasionalisasi, represi, proyeksi, dan sebagainya.
- Reaksi menyerang (Aggressive Reaction), yaitu menyerang untuk menutupi kesalahan dan tidak mau menyadari kegagalan, yang tampak dalam perilaku selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, keras kepala dalam perbuatan, menggertak baik dengan ucapan dan perbuatan, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka, dan sebagainya.
- Reaksi Melarikan Diri, yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, yang tampak dalam perilaku berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, regresi, dan sebagainya. 
B. Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
Proses Pertumbuhan Individu secara fisik
Dari bayi hingga tua kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.
Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor Biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
2. Faktor Geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3. Faktor Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga. Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.


2. Stress
A. Arti Penting Stress

Stres adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1.Fase reaksi yang mengejutkan (alram reaction)
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
2.Fase perlawanan (stage of resistence)
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress, sebab pada tingkat tertentu, stress akan membahayakan, tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stress dibiarkan berlarut-larut.
3.Fase Keletihan ( stage of Exhaustion)
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.
B. Tipe-tipe Stres Psikologis

Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
- Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.
- Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
- Tekanan
Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.
- Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.

C. Symptom-reducing Responses Terhadap Stress

Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:

1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.

2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.

3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.

4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.

6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.

7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.

8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.

9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”

10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.

11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.

12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.

13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.

14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.

D. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress

Strategi koping yang spontan mengatasi stress, proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Misalnya, kita menghadapi masalah yang membuat kita stres jalan satu-satunya ialah yakin kepada tuhan dan berdoalah maka tuhan pun memberi jalan keluarnya kepada kita. Strategi coping yang spontan mengatasi stress ada dua yaitu :

1. Strategi Terfokus Masalah yang disebut juga Problem focus coping, yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya. Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternative, menimbang-nimbang alternative tersebut, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya.

2. Strategi Terfokus Emosi yang disebut juga Emotion focus coping, yaitu upaya untuk memecahkan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Terdapat banyak cara untuk mengatasi emosi negative.
Daftar Pustaka
- http://library.gunadarma.ac.id/files/disk1/13/jbptgunadarma-gdl-s1-2004-herdiyanma-641-bab1.pdf.
- http://kangtian.students.uii.ac.id/2010/06/12/3/
- https://radenfinta.wordpress.com/2013/05/04/penyesuaian-diri-dan-stress/
- http://snaniris.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html
- Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
- Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
- Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
- Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius : Jakarta
- Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika

Senin, 06 April 2015

KESEHATAN MENTAL

Judul Materi   : Kesehatan Mental Manusia
Tugas Ke          : 1
Nama               : Kurniawan Wicaksono
Kelas                : 2PA13
Npm                 : 14513901


Seseorang bisa dikatakan sehat apabila secara raga dan jiwanya sehat, jika raga seseorang sehat tapi jiwanya tidak, sama saja seperti orang yang sakit. Jiwa yang dimaksudkan disini adalah psikis seseorang, termasuk mentalnya. Itu mengapa adanya kesehatan mental. Karena untuk menjadi sehat secara utuh diperlukan tidak hanya sehat fisik tapi juga sehat mental.

Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan pencegahan dari kemungkinan timbulnya kerusakan mental atau malajudjusment.

Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sisi jiwa manusia.
Berikut ini saya akan menjelaskan kesehatan mental menurut beberapa aliran psikologi dan beberapa tokoh.

Teori Kesehatan Mental Berdasarkan Aliran dan Pendapat Tokoh

Aliran PSIKOANALISIS

Psikolanalisa merupakan salah satu aliran besar dalam dunia psikologi, pencetus awalnya adalah Sigmund Freud, berikut ini akan dijelaskan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud dan kemudian mengaitkannya dengan kepribadian yang sehat.

Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang individu lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran.

Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga mengganggu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / ( unconscious motivation ) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa.

Dalam teori psikoanalisanya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu, struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni :

1. Id
Id merupakan aspek biologis yang strukturnya paling mendasar dari kepribadian. Id juga merupakan sistem kepribadian yang asli, dimana id sebagai rahim tempat berkembangan ego dan superego. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah darimana id mendapatkan energinya. Id memiliki 2 proses yaitu proses primer dan tindakan refleksi. Id terdiri dari dorongan - dorangan biologis seperti makan, sex dan agresifitas.

2. Ego
Ego merupakan aspek psikologis yang berkembang dari id yang struktur kepribadianya mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Ego timbul karena kebutuhan – kebutuhan organisme memerlukan transaksi - transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan subjektif jiwa sedangkan ego membedakan antara hal - hal yang terdapat dalam batin dan hal - hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu arah tindakan, memilih segi lingkungan kemana ia akan membri respon dan memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.

3. Superego
Superego merupakan aspek sosiologis yang merefleksikan nilai - nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasarnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.

Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :

1. Tingkat Sadar Atau Kesadaran ( Conscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain - lain.

2. Tingkat Prasadar ( Preconscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain - lain.

3. Tingkat Tidak Disadari ( Unconscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan lain-lain.

Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanismenya sendiri. Namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisah - misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.

Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis :
a. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
b. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
c. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
d. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya. 
e. Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan.

Aliran Behavioristik

Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.

Kepribadian sehat behavioristik :
· Manusia adalah makhluk perespon, lingkungan mengontrol perilaku.
· Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri
· Mementingkan faktor lingkungan
· Menekankan pada faktor bagian
· Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
· Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu

Manusia diperlukan sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya. Aliran ini menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. ciri-cirinya yaitu : tersusun baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan krativitas.

Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia dianggap tidak memiliki diri sendiri.

Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

Behavioristik di pengaruhi oleh stimulus-respon, maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan penguatan negatif.

Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.

Aliran HUMANISTIK

Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.

Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.

Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Kepribadian Sehat berdasarkan Pendapat GORDON ALLPORT

Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia.

“Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”

Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.

Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport :

Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.

Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:

1. Ekstensi sense of self
- Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
- Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
- Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)

2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain, Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)

3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.

4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.

5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.

6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama. Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.

Kepribadian Sehat berdasarkan Pendapat Rogers

Orang yang sehat menurut Rogers adalah orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri terjadi berkesinambungan, tidak statis. Aktualisasi diri adalah suatu proses yang sulit dan terkadang menyakitkan. Berkembangnya konsep diri yang sehat tergantung dari pengalman masa kecil anak akan pnerimaan dan cinta kasih (ibu).

a) Terdapat tiga gambaran umum aktualisasi diri

1. Aktualisasi diri bukanlah merupakan keadaan yang menetap, melainkan suatu proses yang kontinyu

2. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar bahkan terkadang menyakitkan sehingga diperlukan keberanian untuk menjalaninya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri tidaklah berbahagia di setiap masanya. Kebahagiaan itu akan timbul sebagai efek dari aktualisasi diri ini.

3. Orang yang mengaktualisasikan diri adalah benar-benar diri mereka sendiri dan tidak bersembunyi di balik topeng ataupun menyembunyikan sebagian dari dirinya.

b) Di samping ketiga hal umum tersebut, lima tanda-tanda orang yang melakukan aktualisasi diri adalah sebagai berikut:

1. Terbuka pada pengalaman
Orang yang tidak mengembangkan penghargaan positif bersyarat akan mengembangkan sikap yang terbuka pada pengalaman. Pengalaman tidak hanya diterima namun juga dimanfaatkan untuk mengembangkan persepsi dan ungkapan baru. Saat mengalami pengalaman, orang yang demikian lebih mengalami emosi yang lebih kuat, baik emosi positif maupun negatif, dibanding orang yang defensif.

2. Kehidupan eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, aktualisasi diri, akan hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan karena ia terbuka pada setiap pengalaman. Ia tidak akan beperasangka dan mudah menyesuaikan diri terhadap pengalaman sehingga tidak harus memanipulasi apa yang dialaminya. Menurut Rogers, kehidupan eksistensial ini merupakan ciri terpenting kepribadian yang melakukan aktualisasi diri/keperibadian yang sehat.

3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri akan terbuka pada pengalaman sehingga ia menerima semua informasi yang ada, bahkan dari segi selain pikirannya. Organismenya secara keseluruhan, baik sadar dan tak sadar, faktor emosional maupun intelektual, akan menyerap semua informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya dalam membuat keputusan dapat mempercayai organismenya sendiri, intuisinya, impuls-impuls yang timbul seketika. Ia menjadi spontan namun tidak terburu-buru (tidak mempertimbangkan konsekuensi tindakan). Ia percaya dirinya sendiri.

4. Persaaan bebas
Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas dapat memilih dengan bebas tanpa rintangan atau paksaan antara alternatif pikiran dan tindakan. Ia memiliki perasaan berkuasa secara peribadi mengenai kehidupan. Karena merasa bebas dan berkuasa, ia menjadi mampu melihat banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan pilihan-pilihan tersebut sesuai kehendaknya.

5. Kreativitas
Dengan ciri-ciri di atas membawa akibat yaitu orang yang sehat adalah orang yang kreatif. Kreativitas dan spontanitas orang yang mengaktualisasikan diri menjadikannya pantas untuk menjadi barisan depan dalam proses evolusi manusia.

- Menurut rogers manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa pada masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita.

- Positive Regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan dimiliki semua orang. Semua anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan yang ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang lain, tetapi ia akan kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.

- Self concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruhu oleh ibu. Namun jika si-ibu tidak memberikan positive regard kepada anak, anak akan menjadi peka terhadap suatu tanda penolakan. Dalam hal ini anak mengharapkan bimbingan dan tingkah lakunya dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa kecewa, maka kebutuhan positive regardsekarang bertambah kuat, anak bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri.

- Kasih sayang yang diterima anak adalah syarat tingkah laku yang baik. Karna ia mengembangkanconditional positive regard maka ia menginternalisasikan sikap-sikap ibu dan menerapkannya pada dirinya sendiri. Dalam keadan ini berarti bahwa anak itu merasa suatu perasaan harga dirinya dalam syarat-syarat tertentu.

- Syarat utama timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat”(unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkenbang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan anak bertingkah laku. Cinta yang diberikan debgan bebas ini bagi anak itu menjadi sekumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan. - Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada; tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa dinasihati.

Kepribadian Sehat berdasarkan Pendapat ABRAHAM MASLOW

Menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.
 
Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
 
Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen tertentu. Selain itu kepribadian yang sehat menurut maslow adalah individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.

Teori Kepribadian Abraham Maslow

1) Individu sebagai Kesatuan Terpadu
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori motivasi yang sehat.

2) Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
 
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
 
b. Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
 
c. Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
 
d. Kebutuhan akan penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan
penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
 
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.

Kepribadian Sehat berdasarkan Pendapat ERICH FROMM
 
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
 
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
 
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
 
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
 
Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan penderitaan.
 
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and using). Dengan demikian, menurut 
 
Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
· mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
· mampu mencintai dan dicintai,
· mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
· mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
· mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya · memiliki watak sosial yang produktif.

Daftar Pustaka

- http://doktersehat.com/psikologi-kesehatan-mental/
- prezi.com/cvxqtv6p5afx/kepribadian-individu
- edukasi.kompasiana.com/.../kepribadian-individual-gordon-allport-1897
- http://dinadiansari.tumblr.com/post/48260889480/teori-kepribadian-sehat
- http://www.psychologymania.net/2010/04/konsep-manusia-sehat-dan-pandangan.html