Judul
Materi : 1. Pekerjaan dan Waktu Luang
2. Self Directed Changes
Tugas : 4
Nama : Kurniawan Wicaksono
Kelas : 2pa13
Npm : 14513901
2. Self Directed Changes
Tugas : 4
Nama : Kurniawan Wicaksono
Kelas : 2pa13
Npm : 14513901
1. Pekerjaan dan Waktu Luang
A. Penyesuaian diri dengan pekerjaan
Sikap merupakan salah satu hal yang paling berkaitan
dengan penyesuain diri pada sutu situasi. Sikap adalah pernyataan evaluatif
terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap seseorang terhadap pekerjaan pasti berbeda – beda
dengan orang yang lain. Ada yang menyikapinya dengan kemalasan ada juga yang
dengan ketekunan. Sikap malas seseorang terhadap pekerjaan harus diubah agar
orang tersebut tidak dikeluarkan dari suatu pekerjaan. Mengubah sikap terhadap
pekerjaan tergantung dari orang tersebut ingin memakai cara yang seperti apa.
Bisa mulai dari cara membiasakan diri dengan sering melakukan pekerjaan
tersebut dengan tenang dan rileks, lalu membuat diri merasa nyaman saat
melakukan suatu pekerjaan, bahkan bisa juga dengan mencintai pekerjaan tersebut
dengan cara meyakinkan diri bahwa pekerjaan ini tidak membuat diri merasa
sulit. Semua cara mengubah sikap terhadap seseorang tergantung bagaimana
seseorang dan sekuat apa seseorang ingin mengubah sikap terhadap pekerjaan yang
dijalaninya.
Proses menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang telah
dipilih meliputi sifat dan jenis pekerjaan, melakukan adaptasi dengan teman
sejawat/kerja, pimpinan, lingkungan kerja dan aturan-aturan dalam dunia
kerjanya. Dawis dan Lofquist (1984) mendefinisikan penyesuaian bekerja sebagai
“proses berkelanjutan dan dinamis di mana seorang pekerja berusaha untuk
mencapai dan mempertahankan korespondensi dengan lingkungan kerja”. Ada
dua komponen utama untuk memprediksi penyesuaian kerja: kepuasan dan kualitas
memberikan kepuasan yang cukup untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan
(satisfactoriness). Kepuasan mengacu pada sejauh mana kebutuhan individu
dan persyaratan dipenuhinya pekerjaan yang dia lakukan. Satisfactoriness
menyangkut penilaian orang lain, dari sejauh mana individu menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
B. Waktu Luang
Dalam bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan
sebutan leisure. Kata leisuresendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu licere yang berarti diizinkan (To be Permited) atau
menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure adalah loisiryang
berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time), George
Torkildsen.
Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang
berjudul leisure and recreation management (Januarius Anggoa, 2011)
definisi berkaitan dengan leisureantara lain:
a. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)
Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah
segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang
dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang bersifat
positif. Pernyataan ini didukung oleh Brightbill yang beranggapan bahwa waktu
luang erat kaitannya dengan kaitannya dengan kategori discretionary time,
yaitu waktu yang digunakan menurut pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)
Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar
dan menghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The
International Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu
luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya
sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan
atau mengembangkan keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan
keikutsertaan dalam bermasyarakat.
c. Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif
(leisure as an end in itself or a state of being)
Pieper beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti
sebagai hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan
hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari
luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir
pekan, atau liburan panjang.
d. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas
(leisure as an all embracing)
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi,
hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan
menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan
dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang
merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan,
berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru.
e. Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a
way of living)
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam
buku The Evolution Of Leisure : “Waktu luang adalah suatu kehidupan
yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan
lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak
terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar
keyakinan”. Hal senada juga diungkapkan oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko,
2007) yang melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
a. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai
waktu yangtidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban,
dan mempertahankan hidup.
b. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang
dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan
dimanfaatkan sesuka hati.
c. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang
dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi,
kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan
hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan,
atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Dengan banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan
bahwa waktu luang adalah waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya
dan waktu tersebut berada diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga
dapat dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yang
efektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan berbagai macam kegiatan
yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan
keterampilannya secara objektif.
Mengisi waktu luang bagi remaja terutama siswa yaitu waktu
yang terdapat pada siswa diluar jam pelajaran sekolah dan dapat diisi dengan
kegiatan relaksasi atau istirahat, kegiatan hiburan atau rekreasi, dan kegiatan
pengembangan diri sesuai dengan pilihan sendiri sehingga akan timbul suatu
kesembuhan dari rasa capek dan melepaskan dari rasa bosan.
2. Manfaat Mengisi Waktu Luang
Orang yang menggunakan waktu secara efisien akan memperoleh
banyak keuntungan, misalnya mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat
waktu, sehingga ada waktu untuk memulihkan kebugaran fisik dan mental,
rekreasi, dan interaksi sosial.
Manfaat mengisi waktu luang yaitu menurut Soetarlinah
Sukadji (Triatmoko, 2007) yaitu:
a. Bisa meningkatkan kesejahteraan jasmani.
b. Meningkatkan kesegaran mental dan emosional.
c. Membuat kita mengenali kemampuan diri sendiri.
d. Mendukung konsep diri serta harga diri.
e. Sarana belajar dan pengembangan kemampuan.
f. Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental,
intelektual, spiritual, maupun estetika.
g. Melakukan penghayatan terhadap apa yang anda sukai tanpa
tidak mempedulikan segi materi.
3. Kegiatan Waktu Luang
Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang
sebagai aktivitas yaitu waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk
beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan
keterampilan secara objektif untuk meningkatkan keikutsertaan dalam
bermasyarakat setelah melepaskan diri dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga
dan lingkungan sosial dan waktu luang sebagai relaksasi, hiburan, dan
pengembangan diri. Beberapa kegiatan mengisi waktu luang diantaranya:
a. Relaxation Activity (Kegiatan Relaksasi)
Menurut Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) kegiatan
relaksasi diantaranya kegiatan relaksasi aktif misalnya: membetulkan alat rumah
tangga atau berbenah rumah, memperbaiki sepeda motor. Kegiatan tersebut
sifatnya produktif cenderung meningkatkan ketrampilan dan harga diri. Selain
itu bisa melakukan relaksasi pasif dengan cara menonton televisi, mendengarkan
musik, dan membaca tulisan ringan. Namun terlalu banyak melakukan kegiatan
relaksasi pasif akan membuat kehilangan
waktu untuk kegiatan yang lebih produktif.
b. Entertainment Activity (Kegiatan Hiburan)
Fine, Mortimer, & Robert (Broderick & Blewitt,
2006), menyebutkan bahwa kegiatan hiburan atau rekreasi dapat mempromosikan
penguasaan keterampilan, seperti olahraga partisipasi, hobi, dan kesenian atau
mungkin lebih murni rekreasi seperti bermain video game, melamun atau nongkrong
dengan teman-teman. Menurut Ahmad H. Kanzun (2002: 68) Kegiatan olahraga
termasuk dalam salah satu kegiatan yang positif dan terarah. Karena dengan
berolahraga, remaja dapat menjaga kondisi tubuhnya agar selalu sehat dan dapat
melakukan segala aktifitasnya.
Selanjutnya menurut penggolongan ahli pengetahuan hobi
Margaret E. MulacHobbies: The Creative Use of Leisure (1959), (The Liang
Gie , 1996: 99-100), ada 4 macam hobi, yaitu:
1) Making Hobbies (Membikin)
Ini meliputi berbagai seni kerajinan seperti misalnya
kegiatan pahat, ukir, kerajinan emas-perak, keramik, tenun, dan fotografi.
2) Learning Hobbies (Belajar)
Ini meliputi segala macam bentuk belajar seperti misalnya
mempelajari sejarah, karang-mengarang, atau bahasa asing.
3) Doing Hobbies (Melakukan)
Ini meliputi segala macam bentuk melakukan sesuatu hal,
misalnya menyanyi, menari, memainkan alat musik, berkebun, dan aneka hobi alam
(misalnya mengamati burung atau memelihara ikan hias).
4) Collectting Hobbies (Mengumpulkan)
Ini meliputi kegiatan mengumpulkan bermacam-macam benda
seperti perangko, mata uang, buku antik, dan batu-batuan.
c. Personal Development Activity (Kegiatan
Pengembangan Diri)
Pengembangan diri termasuk kegiatan yang meningkatkan
kesadaran dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal
manusia, dan memfasilitasi kerja, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi
pada realisasi mimpi dan aspirasi serta rohani pengembangan (Anonim, 2009).
Berteman, bergaul dan mengikuti aktivitas disekitar rumah atau sekolah atau
kegiatan yang berhubungan dengan kesiapannya menuju jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (misalnya pergi keperpustakaan, latihan soal-soal).
Menurut Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007), mengikuti
kursus musik, kelompok teater, kursus bahasa asing, melukis,
mengarang, membuat sajak, memasak, menata musik, membuat patung.
Kegiatan ini selain meningkatkan ketrampilan, juga menimbulkan perasaan
kesuksesan. Menurut Ahmad H. Kanzun (2002: 36) Mengikuti kegiatan masjid yang
merupakan pusat kegiatan keislaman dalam mengasah wawasan dan menambah
pengetahuan dibidang keagamaan sebagai pedoman hidup.
Selain itu, mengikuti kegiatan kemasyarakatan (Ahmad H.
Kanzun, 2002:59) membentuk remaja sebagai generasi muda yang berkualitas,
sangat diharapkan untuk dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengikuti segala
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dengan niat dan semangat yang positif. Dengan
kegiatan tersebut diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama
dan menumbuhkan rasa solidaritas.
Kenyataannya dikalangan remaja menunjukkan adanya
pemanfaatan waktu luang secara serampangan saja, tanpa adanya perencanaan yang
matang, pengawasan maupun pengarahan. Hal itu yang menyebabkan fenomena negatif
jarangnya siswa aktif dalam kegiatan-kegiatan kesiswaan yang teratur dan
terarah adalah lemahnya upaya penyadaran akan urgensi kegiatan tersebut dan
dampak pendidikannya dalam membentuk kepribadian dan perilaku siswa, disamping
faktor-faktor lain seperti buruknya pengelolaan sebagian pengemban misi
pendidikan, monotonnya kegiatan ataupun minimnya hal-hal yang mendukung.
4. Mengelola Waktu Luang
Waktu yang dimiliki setiap orang akan terus bergerak maju.
Pada prinsipnya waktu luang yang bergerak maju ini akan mengikis habis waktu
yang anda miliki. Kenyataan yang sering kita hadapi ternyata kita mengeluh
dengan waktu yang tiba-tiba berlalu begitu saja, sementara anda tidak berbuat
apa pun (Frans M. Royan, 2011: 88).
Depdiknas (2009), mengelola waktu dalam setiap kegiatan
sangat penting sehingga dapat memanfaatkan setiap jam, menit, dan bahkan detik
dalam hidup dengan sebaik-baiknya. Seorang siswa perlu memperhatikan dan
mengelola waktu mereka baik itu dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah,
berikut akan dipaparkan apa saja yang perlu dilakukan dan diperhatikan
seseorang, khususnya pelajar dalam mengatur waktu:
a. Membagi Waktu
b. Membuat Jadwal
c. Menjalankan Jadwal
d. Evaluasi
e. Penggunaan Alat Bantu
2. Self-Directed Changes
Self-directed changes adalah sebuah teori yang
mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah yang lebih baik
dari kenyataan hidup yang kurang mendukung.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Konsep dan Penerapan Self-directed changes :
Mahasiswa mengetahui dan termotivasi untuk melakukan
perubahan pribadi dengan melalui tahapan:
1. Meningkatkan kontrol diri: mendasarkan diri pada
kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi
sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan
struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi
internal serta belajar yang efektif.
2. Menetapkan tujuan: dimaksudkan untuk menjaga individu
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan
mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam
mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam
mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu
mengarahkan dirinya.
3. Pencatatan perilaku: menguatkan perilaku ulang kalau
individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan
sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku
sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan.
4. Menyaring anteseden perilaku: bisa membagi perilaku
sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam
mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu
individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
5. Menyusun konsekuensi yang efektif: pemahaman dalam arti
sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas
untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh
manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,
emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
6. Menerapkan perencana intervensi: membawa perubahan,
tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai,
karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita
harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak
dan pembelajaran secara terencana.
7. Evaluasi: faktor yang penting untuk mencapai kematangan
pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan
adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sources :
Daftar Pustaka Sudjana, D. (2000), Pendidikan Luar Sekolah,
Sejarah, Azas, Bandung Falah Production Dart, Barry. 1997. Adult Learners’
Metacognitive Behavior in Higher Education. dalam Adult Learning: a Reader.
Edited by Sutherland, Peter. London: Kogan Page Anonimus, Adult literacies
online, http://www.aloscotland.com/alo/141.html , akses pada 14 Mei 2010
Inkeles, A., dkk (1982) Handbook in Research and Evaluation: For Education and
Behavioral Science. San Diego California. Edits.