Pengertian
Kecanduan
Internet (Internet Addiction Disorder=IAD) mengacu pada penggunaan Internet
yang bermasalah, termasuk beragam aspek dari teknologi Internet yang berkaitan,
seperti email dan World Wide Web. Perlu dicatat bahwa kecanduan internet belum
tercantum dalam buku pegangan profesional kesehatan mental yaitu: Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (2000) yang dikenal
sebagai DSM-IV. Namun demikian, kecanduan internet telah diakui secara formal
sebagai gangguan oleh American Psychological Association.
Meskipun
kecanduan internet telah mempengaruhi banyak orang, para ahli masih
memperdebatkan mengenai terminologi yang tepat untuk gejala tersebut. Namun demikian,
dalam 1 dekade terakhir konsep tentang kecanduan internet telah semakin luas
diterima sebagai gangguan klinis yang acapkali memerlukan perawatan (treatment)
khusus. Para peneliti masih belum sepakat tentang apakah kecanduan internet
merupakan gangguan pada dirinya sendiri atau merupakan symptom dari gangguan
yang lain. Ada juga yang memperdebatkan apakah kecanduan internet harus
dikategorikan sebagai gangguan impuls atau gangguan kompulsif-obsesif
(obsessive compulsive disorder) dan bukannya kecanduan biasa.
Salah
satu gejala (symptom) kecanduan Internet adalah penggunaan waktu yang
berlebihan untuk Internet. Seseorang mungkin mengalami kesulitan untuk
mengurangi akses terhadap Internet bahkan jika ia diancam sanksi mendapat nilai
yang buruk di sekolah atau dikeluarkan dari pekerjaannya. Ada beberapa kasus
telah dilaporkan tentang para mahasiswa yang menolak untuk tidak mengakses
Internet agar bisa mengikuti kuliah. Gejala-gejala kecanduan lain meliputi
antara lain kurang tidur, kelelahan, nilainilai yang memburuk, kinerja yang
buruk di tempat kerja, apatisme dll. Ada juga kemungkinan berkurangnya
investasi untuk hubungan sosial dan aktivitas. Seseorang mungkin berbohong
tentang berapa banyak waktu yang digunakannya untuk online atau menyangkal bahwa
mereka memiliki masalah. Mereka mungkin menjadi sering marah (irritable) saat
tidak online, atau marah kepada siapapun yang menanyakan waktu mereka di
Internet.
Tanda-tanda
dan symptom dari kecanduan Internet berbeda-beda untuk tiap orang. Sebagai
contoh, tidak ada kriteria sekian jam perhari atau berapa pesan sehari yang
mengindikasikan seseorang telah kecanduan Internet. Namun berikut ini dapat
diberikan tanda-tanda peringatan bahwa penggunaan Internet Anda atau anak-anak
Anda mungkin telah menjadi suatu masalah:
a.
Tidak dapat melacak waktu yang digunakan untuk online.
b.
Memiliki masalah untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan atau di rumah.
c.
Terisolasi dari keluarga dan teman-teman.
d.
Merasa bersalah atau defensif terhadap penggunaan Internet.
e.
Merasa semacam euphoria jika sedang terlibat dalam aktivitas Internet
Kecanduan
internet, yang juga disebut kecanduan komputer, kecanduan online, penggunaan
internet yang patologis (Pathological Internet Use=PIU), iDisorder, atau
gangguan kecanduan internet (Internet Addiction Disorder=IAD), mencakup
sejumlah problem kontrol impuls seperti:
a.
Kecanduan cybersex (Cybersex Addiction): internet pornography, adult chat
rooms,adult fantasy role-play.
b.
Kecanduan hubungan-cyber (Cyber-Relationship Addiction): kecanduan jejaring
sosial, chat, text (sms) atau email
c.
Net Compulsions: game online, judi online, permainan saham online, atau lelang
online seperti eBay yang seringkali membawa konsekuensi masalah finansial atau
masalah pekerjaan.
d.
Kelebihan Informasi (Information Overload): selancar online atau pencarian
database secara kompulsif
e.
Kecanduan Komputer: memainkan permainan komputer secara obsesif, seperti
Solitaire atau Minesweeper, atau pemrogramn komputer secara obsesif.
Maksud
hati ingin bisa terus update dengan mengikuti perkembangan berbagai informasi
yang ada melalui internet. Namun tak jarang ujung-ujungnya teknologi ini
disalahgunakan dan digunakan secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak
negatif bagi pemakainya.
Di
samping kecanduan internet (tentu saja), ternyata ada gangguan baru yang
menghinggapi fisik dan mental si penggemar internet. Simak lanjutan paparan
tentang gangguan yang dimaksud, seperti halnya dirangkum detikHealth, berikut
ini:
1.
Depresi Facebook
Depresi
Facebook' terjadi karena orang yang mengalaminya terlalu banyak menghabiskan
waktu untuk mengakses situs jejaring sosial tersebut. Banyak di antaranya
generasi muda yang mengalami masalah kepercayaan diri dan stres karena mereka
mulai mengukur harga dirinya dengan 'keberhasilan' di dunia online, seperti
jumlah teman dan 'likes' yang mereka dapatkan.
Bila
sudah ekstrem, sebagian pengidap Depresi Facebook biasanya sampai melakukan
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan, menyakiti diri sendiri atau mengalami
gangguan makan.
2.
Gameboy Back
Istilah
ini ditemukan dua dokter bedah asal Belanda bernama Piet van Loon dan Andre
Soeterbroek di tahun 2013. Menurut mereka, Gameboy Back merujuk pada kondisi di
mana tulang belakang seseorang melengkung karena terbiasa duduk berjam-jam
sembari main ponsel atau game konsol. Terkadang pinggang penderita Gameboy Back
sampai pecah atau bergeser (herniated disc atau slipped disc).
Keduanya
juga mengungkapkan, umumnya Gameboy Back paling sering terlihat pada anak-anak
dan remaja usia 8-18 tahun. "Pada dasarnya, ini seperti menumbuhkan pohon
bonsai: karena respons tulang sama halnya dengan kayu. Jika Anda memaksanya ke
arah tertentu dalam waktu lama, maka ia akan tumbuh seperti itu," terang
van Loon.
3.
Computer Vision Syndrome
Kondisi
ini biasa dialami pekerja kantoran yang menatap layar komputer selama
berjam-jam setiap harinya. Menurut pakar vitreoretinal dari RSCM Kirana, dr Elvioza,
SpM(K), sindrom ini juga dapat menjangkiti orang-orang yang menghabiskan
waktunya dengan perangkat elektronik lain seperti komputer tablet atau
smartphone.
Gejalanya
adalah mata lelah dan perih. "Obatnya ya matanya diistirahatkan. Setiap
satu jam menatap layar komputer, istirahatkan mata dengan memandang sesuatu
yang jaraknya jauh (6-20 meter) selama lima menit," tutur dokter mata yang
berpraktik di RSCM Kirana itu.
Bisa
juga dengan melihat tanaman atau sesuatu yang simpel dan berwarna hijau seperti
wallpaper di komputer.
4.
WhatsAppitis
Di
awal tahun 2014, seorang dokter di Spanyol bernama Ines Fernandez-Guerrero dari
Rumah Sakit Granada's General University mengklaim telah menemukan kasus
pertama WhatsAppitis. Pasien wanita yang tak mau disebutkan namanya itu
mendadak merasakan nyeri pada kedua pergelangan tangannya ketika bangun pagi.
Dari
pemeriksaan, diketahui bahwa pasien itu tidak memiliki riwayat trauma atau
kecelakaan. Wanita berusia 34 tahun tersebut juga tidak terlibat dalam aktivitas
fisik berat pada hari sebelumnya.
Setelah
diusut melalui perbincangan langsung dengan pasien, rupanya rasa nyeri pada
kedua lengan si pasien itu ditimbulkan oleh penggunaan WhatsApp.
"Pasien
itu sedang bertugas pada 24 Desember lalu saat Natal, dan hari berikutnya ia
menjawab seluruh pesan yang dikirim ke ponsel pintarnya melalui layanan pesan
instan WhatsApp. Ia menggenggam ponselnya, yang memiliki berat 130 gram, paling
tidak selama enam jam," tutur dokter itu.
Selain
WhatsAppitis, terdapat beberapa cedera atau gangguan lain akibat penggunaan
piranti canggih. Misalnya Nitendoitis yang diakibatkan karena terlalu banyak
menekan tombol gamepad, serta tenosinovitis yang disebabkan terlalu banyak
berkirim pesan singkat dengan ponsel.
5.
Social Jetlag
Menurut
Sleep Health Foundation, social jetlag terjadi ketika pekerjaan atau jadwal
kegiatan tidak selaras dengan jam tubuh. Biasanya karena terlambat bangun tidur
tetapi harus melakukan aktivitas. Akibatnya, Anda tak bersemangat ketika
menjalani aktivitas seharian.
Biasanya,
social jetlag terjadi di awal minggu setelah sebelumnya seseorang bisa lebih
santai di akhir pekan. Durasinya mencapai dua sampai tiga jam. Meski demikian,
diyakini social jetlag terjadi akibat ketergantungan seseorang terhadap teknologi.
"Menonton
TV atau menggunakan komputer, ponsel, dan perangkat elektronik lain di kamar
tidur bisa membuat Anda tidur larut malam padahal Anda harus mendapat waktu
tidur yang cukup," tutur ahli psikologi tidur dari Victoria University,
Profesor Dorothy Bruck.
6.
Text Neck
Istilah
ini diciptakan oleh terapis fisik Dr Dean Fishman berupa sakit kepala disertai
bahu dan leher yang pegal karena tak bisa lepas dari gadget seperti ponsel
pintar atau tablet.
Dr
Fishman mengaku menemukan istilah ini setelah memeriksa seorang pasien berusia
17 tahun di tahun 2008. Pasien ini datang dengan keluhan sakit kepala dan
leher. "(Rupanya) remaja ini sering duduk di kursi dan posisi tubuhnya
membungkuk untuk melihat layar smartphone," terang Fishman.
Mengapa
ini bisa terjadi? Dr Fishman menjelaskan, rata-rata kepala manusia memiliki
berat 10 kg dalam posisi normal. Jadi setiap satu inci Anda membungkukkan
kepala, tekanan tulang belakang jadi berlipat ganda.
"Jadi
ketika Anda sedang menatap layar smartphone di pangkuan Anda, leher seperti
mengangkat beban 20-30 kg," tambah Fishman. Tak heran leher jadi terbebani
karenanya, sehingga kemudian muncul nyeri yang kadang merembet ke kepala.
Internet Addiction Disorder Menjadi
Masalah Serius di Beberapa Negara
Kecanduan
internet baru dijadikan sebagai salah satu jenis gangguan kejiwaan dan dicantumkan
dalam kitab acuan kesehatan mental sedunia pada kisaran tahun 2012. Saat itu
mungkin baru disadari bila teknologi yang sangat berguna seperti internet
ternyata juga bisa merugikan.
Namun
tak semua negara memiliki klinik atau rumah sakit untuk mengobati orang-orang
yang kadung ketagihan menggunakan internet. Negara mana yang dimaksud? Berikut
uraiannya seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber,
1.
Tiongkok
Di
tahun 2005, Tiongkok sudah dihadapkan pada masalah makin berjamurnya remaja dan
anak-anak yang kecanduan pada internet. Tak heran saat itu sudah ada beberapa
klinik yang diklaim dapat menyembuhkan para pecandu internet ini.
Salah
satu klinik pecandu internet pertama yang ada di Tiongkok terletak di kota
Beijing. Klinik ini tak hanya mengobati pecandu internet, tapi juga orang-orang
yang terjebak dalam alkohol dan narkoba. Setiap pasien kecanduan internet
menjalani sesi pengobatan selama dua minggu, yang terdiri atas pengobatan
medis, psikoterapi dan latihan fisik harian.
"Tiap
hari di Tiongkok lebih dari 20 juta generasi muda menghadap kompuetr dan
bermain game online atau chatting. Tapi pemerintah baru menyadari bahayanya
belakangan ini," kata kepala klinik Dr Tao Ran waktu itu.
Dengan
makin banyaknya pasien yang datang, di tahun 2006 Dr Ran mengaku harus menambah
kapasitas mereka hingga 200 ranjang, termasuk bersiap membuka cabang baru di
kota besar lain seperti Shanghai dan Guangzhou.
2.
Inggris
The
Capio Nightingale Hospital merupakan klinik pertama yang meluncurkan program khusus
untuk menyembuhkan remaja pecandu internet di Inggris pada tahun 2010, dengan
menyasar pada pasien dengan umur berkisar 15-17 tahun. Nama program ini adalah
Young Person Technology Addiction Service.
Di
klinik yang terletak di pusat kota London tersebut, para pasien tak hanya
dilatih agar bisa jauh dari gadgetnya tapi juga diajari kemampuan
bersosialisasi secara langsung.
Paket
pengobatannya sudah termasuk screening untuk mengetahui bagaimana pasien
melihat imej tubuh dan kesehatan fisiknya, karena dikhawatirkan kecanduan ini
telah mempengaruhi kepercayaan diri, banyaknya aktivitas fisik dan pola makan
mereka. Bahkan para terapis juga memberikan pelajaran bagaimana caranya pasien
menghadapi cyber bullying.
"Di
sini kami tidak mengajari mereka untuk benar-benar lepas dari teknologi, tapi
mendorong mereka untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan
komputer atau gadget serta membatasi waktu yang mereka habiskan bersama ponsel
pintar atau gadget lainnya," kata pemimpin klinik, Dr Richard Graham, yang
juga seorang psikiater terkemuka di Inggris.
Selain
klinik tersebut, ada juga klinik lain bernama ADT Healthcare yang memberikan
layanan konseling untuk penderita berbagai kecanduan, termasuk kecanduan
internet. Konon setiap harinya, ADT Healthcare menerima 10 panggilan dari para
orang tua yang cemas anak-anaknya terlalu lama di depan komputer dan berubah
agresif ketika mereka melarangnya bermain internet.
3.
Korea Selatan
Hampir
sama seperti di Tiongkok, Korea Selatan telah mengenal kecanduan internet
sebagai gangguan kejiwaan sejak lama. Namun pelopor pengobatan untuk pecandu
internet adalah Dr Lee Jae won, seorang ahli saraf dari Gongu National
Hospital.
Dr
Lee mendirikan 'Save Brain Clinic' pada bulan Mei 2011. Di klinik itu, setiap
pasien yang mengalami kecanduan internet diminta menjalani terapi selama lima
minggu.
Terapinya
antara lain scan otak untuk mengukur aktivitas otak agar dapat diketahui bagian
otak pasien yang mana yang masih berfungsi secara normal dan seberapa parah
'kecanduan' mempengaruhi kinerja otak mereka; pemberian obat-obatan seperti
antidepresan dan terapi seni.
"Bila
kondisinya sudah parah hingga otaknya tak berfungsi dengan semestinya, maka
kita bisa memakai pengobatan medis dan ini sangat efektif," tuturnya.
4.
Amerika Serikat
Rumah
sakit pertama untuk penderita kecanduan internet telah didirikan di Bradford
Regional Medical Center, Bradford, Pennsylvania. Pendirinya, Kimberly Young
mengatakan pendirian rumah sakit ini didasarkan pada pengalamannya sendiri sebagai
seorang psikolog. Selama 16 tahun berpraktik, Young selalu kesulitan untuk
memberikan rujukan pada pasien kecanduan internet yang datang kepadanya dan
menginginkan rawat inap.
"Sebenarnya
sudah ada beberapa klinik pengobatan untuk kondisi ini di Amerika, tapi tak ada
yang menawarkan rawat inap dan terapi psikiatri. Saya juga mencatat bahwa
satu-satu rumah sakit yang menawarkan kedua hal itu tidak berada di Amerika,
sehingga orang-orang Amerika kesulitan menjangkaunya," tandas Young.
Untuk
setiap sesi, pasien harus mengikuti terapi selama 10 hari. Meski begitu,
program ini tak hanya memberikan terapi pada si individu yang kecanduan
internet, tapi juga terapi kelompok dan terapi pada keluarga.
Syaratnya
si pasien harus bisa menghindari penggunaan internet sedikitnya selama 72 jam
sebelum masuk rumah sakit ini dan menjalani terapi. Untuk sekali terapi, rumah
sakit ini mematok biaya sebesar 14.000 dollar AS atau sekitar Rp 155,5 juta.
Young
sendiri mengembangkan terapi khusus untuk mengobati kecanduan internet. Awalnya
Young menggunakan modifikasi perilaku agar dapat menurunkan jumlah waktu yang
dihabiskan pecandu untuk online secara perlahan-lahan, kemudian mendorong
mereka untuk menghadapi berbagai macam penolakan dan rasionalisasi.
Terakhir,
Young tinggal mendampingi pasiennya untuk mengidentifikasi dan mengobati
berbagai gangguan mental yang menyertai kecanduan internet yang mereka alami.
Sebelum
ada rumah sakit ini, di AS juga ada semacam camp atau perkemahan untuk melatih
anak-anak berusia minimal 13 tahun agar mengenal aktivitas outdoor dan
mengurangi interaksi mereka dengan komputer. Sayangnya program semacam ini juga
masih kurang terjangkau.
Selain
Negara-negara diatas yang menyediakan klinik-klinik khusus pecandu internet,
Negara India dan Singapura juga termasuk, terdapatnya fasilitas dari klinik
tersebut untuk mengobati para pecandu.
Karena
gangguan kecanduan Internet merupakan fenomena yang masih relatif baru, hanya
ada sedikit penelitian tentang efektivitas dari prosedur perawatan. Beberapa ahli
menyarankan penghentian total dari penggunaan Internet. Ahli lainnya mengatakan
bahwa adalah tidak realistis untuk menyarankan pada seseorang untuk berhenti
sama sekali menggunakan Internet.10 Banyak dari prosedur perawatan yang telah
digunakan untuk menangani kecanduan Internet telah dikembangkan berdasarkan
program penanganan terhadap kecanduan lainnya dan kelompok dukungan. Terapi
keluarga dan pernikahan mungkin dapat diterapkan jika pengguna beralih ke
Internet sebagai pelarian terhadap masalah-masalah dalam keluarganya.
Studi Kasus
Selain penjelasan tentang
Internet Addiction Disorder = IAD diatas berikut ada salah satu contoh kasus
mengenai seseorang yang mengalaminya. Budi
adalah seorang mahasiswa semester 2 , dia sangat senang dan sering bermain game
online. Hampir setiap waktu kosong yang dia punya dihabiskan untuk bermain game
online , jika hari libur pun dia rela mengunci diri didalam kamar untuk bermain
game didepan komputernya dari pagi sampai dini hari. Banyak tugas dan pekerjaan
yang dikesampingkan demi mendapatkan kepuasan dari bermain game online, bahkan
game online pun menjadi pelarian saat mendapatkan masalah dan di tempat ramai pun ( tempat umum ) Budi
mengacuhkan kondisi dan orang-orang disekitarnya saat asik bermain game online
didepan laptopnya. Tak jarang para gamers menyebut game beserta perangkatnya
sebagai “teman/sahabat” nya sehingga hidupnya seakan berda didalam game
tersebut.
Analisis Kasus
Dalam
kasus Budi ini kita dapat melihat bahwa self-control dan management diri yang
sangat tidak baik dari dirinya hal ini dapat dikarenakan kesepian yang mendalam
, tidak ada pengertian dari orang-orang sekitarnya dan juga timbulnya rasa acuh
pada lingkungan sekitar. Mungkin butuh waktu untuk mengadakan pendekatan dan
proses untuk diri Budi dalam membuka dirinya terhadap hal-hal lain. Kepekaan
dari kerabat dekat ataupun orang-orang di lingkungan rumahnya juga harus bisa
melibatkan dan memunculkan peran Budi dalam keseharian dan interaksi. Hal utama
yang paling penting adalah penyadaran dari diri individu Budi .
Solusi
•
Mengakui bahwa anda seorang penderita gangguan kecanduan internet
Pengakuan
merupakan hal yang paling awal untuk mengatasi suatu gangguan. Biasanya seorang
penderita suatu ganguan sangat sulit mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan
tersebut. Hal ini dapat menghambat dalam mengatasi gangguan itu sendiri, karena
jika tidak mengakuinya maka dia tidak mungkin mengambil tahap selanjutnya untuk
mengatasi ganguan tersebut
•
Mengetahui penyebab dari gangguan kecanduan internet pada diri sendiri
Sebelum
mengatasi gangguan ini, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang
menyebabkan kita kecanduan internet. Misalnya, tidak dapat terlepas dari
internet karena chatting secara terus menerus atau bermain game on-line secara
berlebihan. Dengan mengetahui penyebabnya, akan lebih mudah bagi kita untuk
mengatasinya.
•
Mengetahui dampak buruk gangguan kecanduan internet
Setelah
mengetahui penyebabnya kita juga harus tahu dampaknya. Mengapa? Karena dengan
mengetahui dampak buruk kecanduan internet kita dapat termotivasi untuk
mengurangi penggunaan internet agar terhindar dari dampak buruk tersebut.
Banyak sekali dampak buruk yang disebabkan oleh kecanduan internet, misalnya
menjadi depresi, antisocial, menyebabkan banyak penyakit fisik, putus sekolah,
dan sebagainya.
•
Membatasi penggunaan internet
Hal
ini merupakan hal yang paling utama dan merupakan intinya. Percuma saja jika
kita mengakui bahwa kita seorang pecandu internet, mengetahui penyebab dan
dampaknya namun tidak mengurangi penggunaan internet. Kita harus bisa memilih
mana hal yang dapat kita lakukan tanpa menggunakan internet mana hal yang harus
kita gunakan dengan internet. Selama kita bisa melakukan sesuatu tanpa
menggunakan internet mengapa tidak dicoba, seperti disaat kita membutuhkan
hiburan kita masih bisa bermain permainan lain selain game online atau disaat
kita ingin mengobrol selama masih bisa bertemu dengan lawan bicara secara
langsung sebaiknya kita berbicara face to face dibandingkan lewat chatting atau
e-mail.
•
Meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
Internet
dapat membuat kita menjadi seorang yang apatis. Nah, untuk itu kita harus
meluangkan waktu yang lebih dengan orang-orang disekitar kita. Dengan ini kita
dapat mengalihkan pikiran kita agar tidak kecanduan dengan internet. Hal ini
dapat kita mulai dari lingkukan yang paling kecil yaitu keluarga. Kita dapat
menghabiskan waktu kita dengan berbincang-bincang dengan keluarga tercinta
untuk mengisi waktu luang kita. Selain mempererat rasa kekeluargaan kita juga
dapat terhindar dari kecanduan internet.