Jumat, 05 Desember 2014

Internet Addiction Disorder (IAD)



Pengertian

Kecanduan Internet (Internet Addiction Disorder=IAD) mengacu pada penggunaan Internet yang bermasalah, termasuk beragam aspek dari teknologi Internet yang berkaitan, seperti email dan World Wide Web. Perlu dicatat bahwa kecanduan internet belum tercantum dalam buku pegangan profesional kesehatan mental yaitu: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (2000) yang dikenal sebagai DSM-IV. Namun demikian, kecanduan internet telah diakui secara formal sebagai gangguan oleh American Psychological Association.

Meskipun kecanduan internet telah mempengaruhi banyak orang, para ahli masih memperdebatkan mengenai terminologi yang tepat untuk gejala tersebut. Namun demikian, dalam 1 dekade terakhir konsep tentang kecanduan internet telah semakin luas diterima sebagai gangguan klinis yang acapkali memerlukan perawatan (treatment) khusus. Para peneliti masih belum sepakat tentang apakah kecanduan internet merupakan gangguan pada dirinya sendiri atau merupakan symptom dari gangguan yang lain. Ada juga yang memperdebatkan apakah kecanduan internet harus dikategorikan sebagai gangguan impuls atau gangguan kompulsif-obsesif (obsessive compulsive disorder) dan bukannya kecanduan biasa.

Salah satu gejala (symptom) kecanduan Internet adalah penggunaan waktu yang berlebihan untuk Internet. Seseorang mungkin mengalami kesulitan untuk mengurangi akses terhadap Internet bahkan jika ia diancam sanksi mendapat nilai yang buruk di sekolah atau dikeluarkan dari pekerjaannya. Ada beberapa kasus telah dilaporkan tentang para mahasiswa yang menolak untuk tidak mengakses Internet agar bisa mengikuti kuliah. Gejala-gejala kecanduan lain meliputi antara lain kurang tidur, kelelahan, nilainilai yang memburuk, kinerja yang buruk di tempat kerja, apatisme dll. Ada juga kemungkinan berkurangnya investasi untuk hubungan sosial dan aktivitas. Seseorang mungkin berbohong tentang berapa banyak waktu yang digunakannya untuk online atau menyangkal bahwa mereka memiliki masalah. Mereka mungkin menjadi sering marah (irritable) saat tidak online, atau marah kepada siapapun yang menanyakan waktu mereka di Internet.

Tanda-tanda dan symptom dari kecanduan Internet berbeda-beda untuk tiap orang. Sebagai contoh, tidak ada kriteria sekian jam perhari atau berapa pesan sehari yang mengindikasikan seseorang telah kecanduan Internet. Namun berikut ini dapat diberikan tanda-tanda peringatan bahwa penggunaan Internet Anda atau anak-anak Anda mungkin telah menjadi suatu masalah:
a.     Tidak dapat melacak waktu yang digunakan untuk online.
b.     Memiliki masalah untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan atau di rumah.
c.      Terisolasi dari keluarga dan teman-teman.
d.     Merasa bersalah atau defensif terhadap penggunaan Internet.
e.      Merasa semacam euphoria jika sedang terlibat dalam aktivitas Internet

Kecanduan internet, yang juga disebut kecanduan komputer, kecanduan online, penggunaan internet yang patologis (Pathological Internet Use=PIU), iDisorder, atau gangguan kecanduan internet (Internet Addiction Disorder=IAD), mencakup sejumlah problem kontrol impuls seperti:
a.     Kecanduan cybersex (Cybersex Addiction): internet pornography, adult chat rooms,adult fantasy role-play.
b.     Kecanduan hubungan-cyber (Cyber-Relationship Addiction): kecanduan jejaring sosial, chat, text (sms) atau email
c.      Net Compulsions: game online, judi online, permainan saham online, atau lelang online seperti eBay yang seringkali membawa konsekuensi masalah finansial atau masalah pekerjaan.
d.     Kelebihan Informasi (Information Overload): selancar online atau pencarian database secara kompulsif
e.      Kecanduan Komputer: memainkan permainan komputer secara obsesif, seperti Solitaire atau Minesweeper, atau pemrogramn komputer secara obsesif.

Maksud hati ingin bisa terus update dengan mengikuti perkembangan berbagai informasi yang ada melalui internet. Namun tak jarang ujung-ujungnya teknologi ini disalahgunakan dan digunakan secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak negatif bagi pemakainya.

Di samping kecanduan internet (tentu saja), ternyata ada gangguan baru yang menghinggapi fisik dan mental si penggemar internet. Simak lanjutan paparan tentang gangguan yang dimaksud, seperti halnya dirangkum detikHealth, berikut ini:

1.     Depresi Facebook
Depresi Facebook' terjadi karena orang yang mengalaminya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengakses situs jejaring sosial tersebut. Banyak di antaranya generasi muda yang mengalami masalah kepercayaan diri dan stres karena mereka mulai mengukur harga dirinya dengan 'keberhasilan' di dunia online, seperti jumlah teman dan 'likes' yang mereka dapatkan.
Bila sudah ekstrem, sebagian pengidap Depresi Facebook biasanya sampai melakukan penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan, menyakiti diri sendiri atau mengalami gangguan makan.

2.     Gameboy Back
Istilah ini ditemukan dua dokter bedah asal Belanda bernama Piet van Loon dan Andre Soeterbroek di tahun 2013. Menurut mereka, Gameboy Back merujuk pada kondisi di mana tulang belakang seseorang melengkung karena terbiasa duduk berjam-jam sembari main ponsel atau game konsol. Terkadang pinggang penderita Gameboy Back sampai pecah atau bergeser (herniated disc atau slipped disc).
Keduanya juga mengungkapkan, umumnya Gameboy Back paling sering terlihat pada anak-anak dan remaja usia 8-18 tahun. "Pada dasarnya, ini seperti menumbuhkan pohon bonsai: karena respons tulang sama halnya dengan kayu. Jika Anda memaksanya ke arah tertentu dalam waktu lama, maka ia akan tumbuh seperti itu," terang van Loon.

3.     Computer Vision  Syndrome
Kondisi ini biasa dialami pekerja kantoran yang menatap layar komputer selama berjam-jam setiap harinya. Menurut pakar vitreoretinal dari RSCM Kirana, dr Elvioza, SpM(K), sindrom ini juga dapat menjangkiti orang-orang yang menghabiskan waktunya dengan perangkat elektronik lain seperti komputer tablet atau smartphone.
Gejalanya adalah mata lelah dan perih. "Obatnya ya matanya diistirahatkan. Setiap satu jam menatap layar komputer, istirahatkan mata dengan memandang sesuatu yang jaraknya jauh (6-20 meter) selama lima menit," tutur dokter mata yang berpraktik di RSCM Kirana itu.
Bisa juga dengan melihat tanaman atau sesuatu yang simpel dan berwarna hijau seperti wallpaper di komputer.

4.     WhatsAppitis
Di awal tahun 2014, seorang dokter di Spanyol bernama Ines Fernandez-Guerrero dari Rumah Sakit Granada's General University mengklaim telah menemukan kasus pertama WhatsAppitis. Pasien wanita yang tak mau disebutkan namanya itu mendadak merasakan nyeri pada kedua pergelangan tangannya ketika bangun pagi.
Dari pemeriksaan, diketahui bahwa pasien itu tidak memiliki riwayat trauma atau kecelakaan. Wanita berusia 34 tahun tersebut juga tidak terlibat dalam aktivitas fisik berat pada hari sebelumnya.
Setelah diusut melalui perbincangan langsung dengan pasien, rupanya rasa nyeri pada kedua lengan si pasien itu ditimbulkan oleh penggunaan WhatsApp.
"Pasien itu sedang bertugas pada 24 Desember lalu saat Natal, dan hari berikutnya ia menjawab seluruh pesan yang dikirim ke ponsel pintarnya melalui layanan pesan instan WhatsApp. Ia menggenggam ponselnya, yang memiliki berat 130 gram, paling tidak selama enam jam," tutur dokter itu.
Selain WhatsAppitis, terdapat beberapa cedera atau gangguan lain akibat penggunaan piranti canggih. Misalnya Nitendoitis yang diakibatkan karena terlalu banyak menekan tombol gamepad, serta tenosinovitis yang disebabkan terlalu banyak berkirim pesan singkat dengan ponsel.

5.     Social Jetlag
Menurut Sleep Health Foundation, social jetlag terjadi ketika pekerjaan atau jadwal kegiatan tidak selaras dengan jam tubuh. Biasanya karena terlambat bangun tidur tetapi harus melakukan aktivitas. Akibatnya, Anda tak bersemangat ketika menjalani aktivitas seharian.
Biasanya, social jetlag terjadi di awal minggu setelah sebelumnya seseorang bisa lebih santai di akhir pekan. Durasinya mencapai dua sampai tiga jam. Meski demikian, diyakini social jetlag terjadi akibat ketergantungan seseorang terhadap teknologi.
"Menonton TV atau menggunakan komputer, ponsel, dan perangkat elektronik lain di kamar tidur bisa membuat Anda tidur larut malam padahal Anda harus mendapat waktu tidur yang cukup," tutur ahli psikologi tidur dari Victoria University, Profesor Dorothy Bruck.

6.     Text Neck
Istilah ini diciptakan oleh terapis fisik Dr Dean Fishman berupa sakit kepala disertai bahu dan leher yang pegal karena tak bisa lepas dari gadget seperti ponsel pintar atau tablet.
Dr Fishman mengaku menemukan istilah ini setelah memeriksa seorang pasien berusia 17 tahun di tahun 2008. Pasien ini datang dengan keluhan sakit kepala dan leher. "(Rupanya) remaja ini sering duduk di kursi dan posisi tubuhnya membungkuk untuk melihat layar smartphone," terang Fishman.
Mengapa ini bisa terjadi? Dr Fishman menjelaskan, rata-rata kepala manusia memiliki berat 10 kg dalam posisi normal. Jadi setiap satu inci Anda membungkukkan kepala, tekanan tulang belakang jadi berlipat ganda.
"Jadi ketika Anda sedang menatap layar smartphone di pangkuan Anda, leher seperti mengangkat beban 20-30 kg," tambah Fishman. Tak heran leher jadi terbebani karenanya, sehingga kemudian muncul nyeri yang kadang merembet ke kepala.

Internet Addiction Disorder Menjadi Masalah Serius di Beberapa Negara

Kecanduan internet baru dijadikan sebagai salah satu jenis gangguan kejiwaan dan dicantumkan dalam kitab acuan kesehatan mental sedunia pada kisaran tahun 2012. Saat itu mungkin baru disadari bila teknologi yang sangat berguna seperti internet ternyata juga bisa merugikan.
Namun tak semua negara memiliki klinik atau rumah sakit untuk mengobati orang-orang yang kadung ketagihan menggunakan internet. Negara mana yang dimaksud? Berikut uraiannya seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber,

1.     Tiongkok
Di tahun 2005, Tiongkok sudah dihadapkan pada masalah makin berjamurnya remaja dan anak-anak yang kecanduan pada internet. Tak heran saat itu sudah ada beberapa klinik yang diklaim dapat menyembuhkan para pecandu internet ini.
Salah satu klinik pecandu internet pertama yang ada di Tiongkok terletak di kota Beijing. Klinik ini tak hanya mengobati pecandu internet, tapi juga orang-orang yang terjebak dalam alkohol dan narkoba. Setiap pasien kecanduan internet menjalani sesi pengobatan selama dua minggu, yang terdiri atas pengobatan medis, psikoterapi dan latihan fisik harian.
"Tiap hari di Tiongkok lebih dari 20 juta generasi muda menghadap kompuetr dan bermain game online atau chatting. Tapi pemerintah baru menyadari bahayanya belakangan ini," kata kepala klinik Dr Tao Ran waktu itu.
Dengan makin banyaknya pasien yang datang, di tahun 2006 Dr Ran mengaku harus menambah kapasitas mereka hingga 200 ranjang, termasuk bersiap membuka cabang baru di kota besar lain seperti Shanghai dan Guangzhou.

2.     Inggris
The Capio Nightingale Hospital merupakan klinik pertama yang meluncurkan program khusus untuk menyembuhkan remaja pecandu internet di Inggris pada tahun 2010, dengan menyasar pada pasien dengan umur berkisar 15-17 tahun. Nama program ini adalah Young Person Technology Addiction Service.
Di klinik yang terletak di pusat kota London tersebut, para pasien tak hanya dilatih agar bisa jauh dari gadgetnya tapi juga diajari kemampuan bersosialisasi secara langsung.
Paket pengobatannya sudah termasuk screening untuk mengetahui bagaimana pasien melihat imej tubuh dan kesehatan fisiknya, karena dikhawatirkan kecanduan ini telah mempengaruhi kepercayaan diri, banyaknya aktivitas fisik dan pola makan mereka. Bahkan para terapis juga memberikan pelajaran bagaimana caranya pasien menghadapi cyber bullying.
"Di sini kami tidak mengajari mereka untuk benar-benar lepas dari teknologi, tapi mendorong mereka untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan komputer atau gadget serta membatasi waktu yang mereka habiskan bersama ponsel pintar atau gadget lainnya," kata pemimpin klinik, Dr Richard Graham, yang juga seorang psikiater terkemuka di Inggris.
Selain klinik tersebut, ada juga klinik lain bernama ADT Healthcare yang memberikan layanan konseling untuk penderita berbagai kecanduan, termasuk kecanduan internet. Konon setiap harinya, ADT Healthcare menerima 10 panggilan dari para orang tua yang cemas anak-anaknya terlalu lama di depan komputer dan berubah agresif ketika mereka melarangnya bermain internet.

3.     Korea Selatan
Hampir sama seperti di Tiongkok, Korea Selatan telah mengenal kecanduan internet sebagai gangguan kejiwaan sejak lama. Namun pelopor pengobatan untuk pecandu internet adalah Dr Lee Jae won, seorang ahli saraf dari Gongu National Hospital.
Dr Lee mendirikan 'Save Brain Clinic' pada bulan Mei 2011. Di klinik itu, setiap pasien yang mengalami kecanduan internet diminta menjalani terapi selama lima minggu.
Terapinya antara lain scan otak untuk mengukur aktivitas otak agar dapat diketahui bagian otak pasien yang mana yang masih berfungsi secara normal dan seberapa parah 'kecanduan' mempengaruhi kinerja otak mereka; pemberian obat-obatan seperti antidepresan dan terapi seni.
"Bila kondisinya sudah parah hingga otaknya tak berfungsi dengan semestinya, maka kita bisa memakai pengobatan medis dan ini sangat efektif," tuturnya.

4.     Amerika Serikat
Rumah sakit pertama untuk penderita kecanduan internet telah didirikan di Bradford Regional Medical Center, Bradford, Pennsylvania. Pendirinya, Kimberly Young mengatakan pendirian rumah sakit ini didasarkan pada pengalamannya sendiri sebagai seorang psikolog. Selama 16 tahun berpraktik, Young selalu kesulitan untuk memberikan rujukan pada pasien kecanduan internet yang datang kepadanya dan menginginkan rawat inap.
"Sebenarnya sudah ada beberapa klinik pengobatan untuk kondisi ini di Amerika, tapi tak ada yang menawarkan rawat inap dan terapi psikiatri. Saya juga mencatat bahwa satu-satu rumah sakit yang menawarkan kedua hal itu tidak berada di Amerika, sehingga orang-orang Amerika kesulitan menjangkaunya," tandas Young.
Untuk setiap sesi, pasien harus mengikuti terapi selama 10 hari. Meski begitu, program ini tak hanya memberikan terapi pada si individu yang kecanduan internet, tapi juga terapi kelompok dan terapi pada keluarga.
Syaratnya si pasien harus bisa menghindari penggunaan internet sedikitnya selama 72 jam sebelum masuk rumah sakit ini dan menjalani terapi. Untuk sekali terapi, rumah sakit ini mematok biaya sebesar 14.000 dollar AS atau sekitar Rp 155,5 juta.
Young sendiri mengembangkan terapi khusus untuk mengobati kecanduan internet. Awalnya Young menggunakan modifikasi perilaku agar dapat menurunkan jumlah waktu yang dihabiskan pecandu untuk online secara perlahan-lahan, kemudian mendorong mereka untuk menghadapi berbagai macam penolakan dan rasionalisasi.
Terakhir, Young tinggal mendampingi pasiennya untuk mengidentifikasi dan mengobati berbagai gangguan mental yang menyertai kecanduan internet yang mereka alami.
Sebelum ada rumah sakit ini, di AS juga ada semacam camp atau perkemahan untuk melatih anak-anak berusia minimal 13 tahun agar mengenal aktivitas outdoor dan mengurangi interaksi mereka dengan komputer. Sayangnya program semacam ini juga masih kurang terjangkau.
Selain Negara-negara diatas yang menyediakan klinik-klinik khusus pecandu internet, Negara India dan Singapura juga termasuk, terdapatnya fasilitas dari klinik tersebut untuk mengobati para pecandu.
Karena gangguan kecanduan Internet merupakan fenomena yang masih relatif baru, hanya ada sedikit penelitian tentang efektivitas dari prosedur perawatan. Beberapa ahli menyarankan penghentian total dari penggunaan Internet. Ahli lainnya mengatakan bahwa adalah tidak realistis untuk menyarankan pada seseorang untuk berhenti sama sekali menggunakan Internet.10 Banyak dari prosedur perawatan yang telah digunakan untuk menangani kecanduan Internet telah dikembangkan berdasarkan program penanganan terhadap kecanduan lainnya dan kelompok dukungan. Terapi keluarga dan pernikahan mungkin dapat diterapkan jika pengguna beralih ke Internet sebagai pelarian terhadap masalah-masalah dalam keluarganya.

Studi Kasus

Selain penjelasan tentang Internet Addiction Disorder = IAD diatas berikut ada salah satu contoh kasus mengenai seseorang yang mengalaminya. Budi adalah seorang mahasiswa semester 2 , dia sangat senang dan sering bermain game online. Hampir setiap waktu kosong yang dia punya dihabiskan untuk bermain game online , jika hari libur pun dia rela mengunci diri didalam kamar untuk bermain game didepan komputernya dari pagi sampai dini hari. Banyak tugas dan pekerjaan yang dikesampingkan demi mendapatkan kepuasan dari bermain game online, bahkan game online pun menjadi pelarian saat mendapatkan masalah  dan di tempat ramai pun ( tempat umum ) Budi mengacuhkan kondisi dan orang-orang disekitarnya saat asik bermain game online didepan laptopnya. Tak jarang para gamers menyebut game beserta perangkatnya sebagai “teman/sahabat” nya sehingga hidupnya seakan berda didalam game tersebut.

Analisis Kasus

Dalam kasus Budi ini kita dapat melihat bahwa self-control dan management diri yang sangat tidak baik dari dirinya hal ini dapat dikarenakan kesepian yang mendalam , tidak ada pengertian dari orang-orang sekitarnya dan juga timbulnya rasa acuh pada lingkungan sekitar. Mungkin butuh waktu untuk mengadakan pendekatan dan proses untuk diri Budi dalam membuka dirinya terhadap hal-hal lain. Kepekaan dari kerabat dekat ataupun orang-orang di lingkungan rumahnya juga harus bisa melibatkan dan memunculkan peran Budi dalam keseharian dan interaksi. Hal utama yang paling penting adalah penyadaran dari diri individu Budi .

Solusi

• Mengakui bahwa anda seorang penderita gangguan kecanduan internet
Pengakuan merupakan hal yang paling awal untuk mengatasi suatu gangguan. Biasanya seorang penderita suatu ganguan sangat sulit mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan tersebut. Hal ini dapat menghambat dalam mengatasi gangguan itu sendiri, karena jika tidak mengakuinya maka dia tidak mungkin mengambil tahap selanjutnya untuk mengatasi ganguan tersebut
• Mengetahui penyebab dari gangguan kecanduan internet pada diri sendiri
Sebelum mengatasi gangguan ini, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang menyebabkan kita kecanduan internet. Misalnya, tidak dapat terlepas dari internet karena chatting secara terus menerus atau bermain game on-line secara berlebihan. Dengan mengetahui penyebabnya, akan lebih mudah bagi kita untuk mengatasinya.

• Mengetahui dampak buruk gangguan kecanduan internet
Setelah mengetahui penyebabnya kita juga harus tahu dampaknya. Mengapa? Karena dengan mengetahui dampak buruk kecanduan internet kita dapat termotivasi untuk mengurangi penggunaan internet agar terhindar dari dampak buruk tersebut. Banyak sekali dampak buruk yang disebabkan oleh kecanduan internet, misalnya menjadi depresi, antisocial, menyebabkan banyak penyakit fisik, putus sekolah, dan sebagainya.

• Membatasi penggunaan internet
Hal ini merupakan hal yang paling utama dan merupakan intinya. Percuma saja jika kita mengakui bahwa kita seorang pecandu internet, mengetahui penyebab dan dampaknya namun tidak mengurangi penggunaan internet. Kita harus bisa memilih mana hal yang dapat kita lakukan tanpa menggunakan internet mana hal yang harus kita gunakan dengan internet. Selama kita bisa melakukan sesuatu tanpa menggunakan internet mengapa tidak dicoba, seperti disaat kita membutuhkan hiburan kita masih bisa bermain permainan lain selain game online atau disaat kita ingin mengobrol selama masih bisa bertemu dengan lawan bicara secara langsung sebaiknya kita berbicara face to face dibandingkan lewat chatting atau e-mail.

• Meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
Internet dapat membuat kita menjadi seorang yang apatis. Nah, untuk itu kita harus meluangkan waktu yang lebih dengan orang-orang disekitar kita. Dengan ini kita dapat mengalihkan pikiran kita agar tidak kecanduan dengan internet. Hal ini dapat kita mulai dari lingkukan yang paling kecil yaitu keluarga. Kita dapat menghabiskan waktu kita dengan berbincang-bincang dengan keluarga tercinta untuk mengisi waktu luang kita. Selain mempererat rasa kekeluargaan kita juga dapat terhindar dari kecanduan internet.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar