JUDUL
MATERI : HUBUNGAN INTERPERSONAL DAN CINTA DAN PERKAWINAN
TUGAS
KE : 3
NAMA
: Kurniawan Wicaksono
KELAS
: 2PA13
NPM
: 14513901
1.
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal proses
interaksi yang terjadi dengan orang lain yang bukan hanya menyampaikan isi
pesan atau informasi tetapi orang yang melakukan interaksi memiiki maksud atau
tujuan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan. contohnya : berinteraksi dalam
proses perdagangan, dalam proses menjalin relasi atau pertemanan, maupun
menjalin hubungan percintaan.
Hubungan terjalin melalui beberapa proses dan tahapan, berikut adalah proses terbentuknya suatu hubungan :
Hubungan terjalin melalui beberapa proses dan tahapan, berikut adalah proses terbentuknya suatu hubungan :
1.
Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,“fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi
pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a)
informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c)
rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang
lain; serta g) hobi dan minat.
2.
Peneguhan Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c)respon yang tepat; dan d)
nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak
sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebi banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari . Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan.
Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebi banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari . Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan.
Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
A. Model-model
hubungan Interpersonal
Ada 4 model hubungan interpersonal
yaitu meliputi :
1. Model pertukaran sosial (social
exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikan
dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu
yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan
ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba
(ganjaran dikurangi biaya).
2. Model peranan (role model)
Hubungan interpersonal diartikan
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai
naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu
bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik
peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan
dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan
peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
3. Model permainan (games people
play model)
Model menggunakan pendekatan
analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan
individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam
permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian orang tua (aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua
atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian orang dewasa (bagian
kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
4. Model Interaksional
(interacsional model)
Model ini memandang hubungann
interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural,
integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran,
peranan dan permainan.
B. Memulai
Hubungan
Adapun tahap – tahap
untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
- Pembentukan
Tahap ini sering
disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal –
hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”,
ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing – masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap
dan nilai pihak yang lain, bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan
proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis,
usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R.
Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori,
yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa
lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
- Peneguhan
Hubungan
Hubungan interpersonal
tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan – tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
· Keakraban
· Kontrol
· Respon
yang tepat
· Nada
emosional yang tepat
Faktor yang
Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
· Komunikasi
efektif
· Ekspresi
wajah
· Kepribadian
· Stereotyping
· Kesamaan
karakter personal
· Daya
Tarik
· Ganjaran
· Kompetensi
C. Hubungan
Peran
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi
selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada
empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang
antara komunikan dan komunikator).
b) Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang
melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam
komunikasi tersebut).
c) Respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan
terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan
tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d) Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat
komunikasi sedang berlangsung).
D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Intimasi atau intimacy merupakan kedekatan emosional
seseorang terhadap orang terdekatnya seperti orang tua, sahabat, maupun
pasangan. Menurut Steinberg (pada Papalia) intimacy adalah komponen emosi dari
cinta yang meliputi perasaan dengan orang lain, seperti perasaan hangat,
sharing, dan kedekatan emosi serta mengandung pengertian sebagai elemen afeksi
yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang
yang dicintainya. Menurut Wikipedia Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan
oleh dua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Intimasi
memainkan peranan utama dalam pengalaman manusia secara keseluruhan. Manusia
mempnyai keinginan universal untuk mencintai dan memiliki, sebuah rasa kepuasan
dalam hubungan intim. Hubungan intim terdiri dari individu yang tertarik satu
sama lain, kepada siapa seorang individu menyukai dan mencintai, hubungan
romantis dan seksual, dan dari siapa seorang individu menerima dukungan
emosional dan personal.
Terdapat 5 aspek dalam keintiman :
1. Keintiman Intelektual
Ini bukan berarti diskusi “tingkat tinggi” yang melibatkan
ide-ide canggih dan ilmiah. Suami- istri bisa saling memenuhi kebutuhan
keintiman intelektualnya dengan membangun kebiasaan “mengungkapkan apa yang
sedang dipikirkan” secara terbuka, khususnya yang terkait dengan hubungannya.
Misalnya, “Bagaimana kalau malam ini kita makan ikan bakar di pinggir pantai ?”
atau “Menurutku, kamar kita perlu ditata ulang”, dsb. Intinya kita
mendiskusikan pikiran-pikiran kita sendiri, bukan persoalan di luar sana.
2. Keintiman Sosial
Dalam perkawinan, kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan
melakukan aktivitas berdua ( bersama). Tak jarang suami dan istri memiliki
kesibukannya masing-masing sehingga tak punya waktu untuk melakukan kegiatan
bersama. Istri aktif kegiatan gereja dan sosial sementara suami sibuk berbisnis
atau mengejar karir, misalnya. Apa pun sibuknya, sebaiknya suami istri bisa
mengalokasikan waktu untuk melakukan aktivitas bersama. Misalnya, jalan pagi
berdua, ke gereja bersama keluarga, atau yang lebih berbobot punya agenda
sosial yang dilakukan bersama seperti mengunjungi orang sakit, kerabat, panti
asuhan, dll.
3. Keintiman emosional
Perasaan adalah reaksi spontan yang muncul ketika panca
indera kita berhadapan dengan sesuatu atau seseorang. Keterbukaan dan kesediaan
untuk menerima reaksi emosional baik verbal maupun non verbal sangat penting dalam
membangun keintiman emosional. Misalnya, istri yang takut dengan kecoa,
tiba-tiba menjerit dan memegang erat tangan suami. Suami pun meresponnya secara
positif, bukan meledek atau mentertawakan. Ada dua macam perasan ( positif dan
negatif) yang perlu saling dibagikan: ada ketakutan, kesedihan, kemarahan, ada
juga perasaan senang, bahagia, bangga. Kuncinya, belajar mengungkapkan apa pun
perasaan secara verbal dan nonverbal.
4. Keintiman Fisik
Selama hidup kita masih menggunakan badan wadag, maka fisik
kita pun menjadi sarana mewujudkan keintiman. Segala bentuk sentuhan fisik:
belaian, usapan, pelukan, dll. sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, hubungan
seksual juga harus dipahami sebagai sarana membangun keintiman. Perlu pemahaman
bahwa pria dan wanita secara fisik dan psikis berbeda, dalam hubungan seksual
pria lebih mementingkan kepuasan secara fisik sedangkan wanita akan lebih
membutuhkan kehangatan, perasaan disayangi dan diperhatikan.
5. Keintiman Spiritual
Berdoa bersama, mengungkapkan kehidupan bathin masing-masing
akan menumbuhkan keintiman spiritual. Tak harus ada kesamaan dan kesepakatan
dalam hal spiritualitas dan religiositas, masing-masing harus bisa saling
menghormati. Pada dasarnya setiap insan memiliki pola dan kedalaman
spiritualitas yang unik dan berbeda-beda. Benteng terakhir dalam hubungan
adalah keintiman spiritualitas, ketika fisik sudah rapuh dan ringkih, pikiran
sudah pikun dan ngacau, emosi tak stabil, apalagi kalau bukan spiritual yang
akan tetap mampu menyatukan ? (Paul Subiyanto)
Teori-teori hubungan Interpersonal keintiman:
E. Intimasi dan Pertumbuhan
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim
adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh
kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang
baik antara lain ialah berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa
berusaha mengendalikan, menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain atau
kejujuran yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive
dalam komunikasi amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif. Untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama
adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman
berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman
adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng
kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita
pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin
diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita
menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita
berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun,
respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita.
Jadi, sangat penting suatu keintiman dalam menjalin hubungan. Ketika keintiman
hilang, hubungan menjadi hambar.
2. Cinta
dan Perceraian
Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah
yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat
dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang
memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap
orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua,
pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang
bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.
Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta.
Segitiga cinta itu mengandung komponen:
1. Keintiman (intimacy) adalah elemen emosi,
yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan
keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan
merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu
yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk
bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.
2. Gairah (passion) adalah elemen
motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang ingin dekat
secara fisik, merasakan dan menikmati sentuhan fisik, ataupun melakukan
hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.
3. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa
keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama.
Komitmen yang sejati adalah komitmen yang berasal dari dalam diri, yang tidak
akan luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang berat dalam
perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan dan godaan justru menjadi
pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cintanya.
Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love
behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa
berharga dan merasa dicintai. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan
melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan
hubungan cinta tersebut.
Menurut Strenberg, setiap komponen itu pada setiap orang
berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen
(lihat tabel). Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu
berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada
tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah
keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar, (dalam beberapa budaya)
disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.Cinta
dalam sebuah hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks pacaran atau
perkawinan. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai
macam tipe hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tipe
|
Komponen yang Hadir
|
Deskripsi
|
Nonlove
|
Ketiga komponen tidak ada
|
Ada pada kebanyakan hubungan interpersonal, seperti
pertemanan biasa (hanya kenalan saja)
|
Liking
|
Hanya keintiman
|
Ada kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan
kehangatan. Biasanya ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis
kelamin)
|
Infatuation
|
Hanya gairah
|
Seperti pada cinta pada pandangan pertama, ketertarikan
secara fisik, biasanya mudah hilang
|
Empty love
|
Hanya komitmen
|
Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam
waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut)
|
Romantic love
|
Keintiman dan gairah
|
Hubungan yang melibatkan gairah fisik maupun emosi yang
kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)
|
Companionate love
|
Keintiman dan komitmen
|
Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur
seksual, termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri)
|
Fatous love
|
Gairah dan komitmen
|
Hubungan dengan komitmen tertentu (misalnya perkawinan)
atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri yang sudah kehilangan
keintimannya
|
Consummate love
|
Semua komponen
|
Menjadi tujuan dari hubungan cinta yang ideal
|
Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan cinta sebagai sebuah
kombinasi emosi, kognisi, dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan
intim.kajian psikologi tentang fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian
psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi sosial yang
terkait dengan hubungan interpersonal.psikologi hubungan interpersonal adalah
bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku dan
kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan antara dua pribadi.
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses
mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang
ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan
ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu,
karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya. Perkawinan adalah ikatan
sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan
kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi - yang biasanya
intim dan seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara
pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
A. Memilih Pasangan
Memilih pasangan hidup
merupakan sesuatu hal yang sangat penting hukumnya atau (wajib), Karna dalam
hidup apa lagi sih yang kita cari kalo bukan jodoh kita. Salah satunya pasangan
hidup merupakan tujuan utama dalam hidup ini, karna menurut agama kenapa Allah
menciptakan Perempuan dan Laki-laki. agar mereka bisa hidup berpasang-pasangan.
1. Pilihlah karena Agamanya.
1. Pilihlah karena Agamanya.
2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling
dekat dengannya dan dapat kita percaya.
3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat.
3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat.
4. Shalat istikharah untuk mohon petunjuk kepada ALLAH juga
patut dilakukan.
5. Apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala akan keputusan-NYA, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
6. Dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena berbekal ilmu adalah lebih baik dari pada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru.
5. Apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala akan keputusan-NYA, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
6. Dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena berbekal ilmu adalah lebih baik dari pada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru.
B. Hubungan dalam Perkwainan
Perkawinan adalah
nuklus sebuah masyarakat yang melahirkan hak dan kewajiban. Karena itu,
perkawinan diatur dalam sebuah hukum yang disebut hukum perkawinan.
Hukum perkawinan Islam pada dasarnya adalah
sebuah hukum yang bersifat diyâni, tetapi kemudian dikembangkan
sebagai hukum yang berseifat qadhâ’î berdasarkan politik hukum
Islam atau as-siyâsah asy-syar‘iyyah. Perkawinan diyâni diselenggarakan
sesuai nushûsh agama dari Qur’an dan Sunnah Nabi. Sedangkan
perkawinan qadhâ’î diselenggarakan sesuai dengan kebijakan
tertentu pemerintah atau peraturan perundang-undangan. UU No. 1 Tahun 1973
tentang Perkawinan menggabungkan kedua bentuk hukum tersebut di mana dalam
Pasal 2 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah bila dilakukan
berdasarkan keyakinan agama dan perkawinan tersebut dicatat oleh negara melalui
lembaga pencatatan yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam istilah al-Qur’an, perkawinan
disebut an-nikâh dan az-zawâj. Kata asal an-nikâh berartial-’aqd (perjanjian,
kontrak), kemudian digunakan untuk menunjukkan pengertian al-jimâ’(persetubuhan).
Sedangkan az-zawâj berarti perpasangan antara
jenis laki-laki dan perempuan, atau antara jantan dan betina, atau antara dua
jenis yang berbeda, tetapi menyatu dalam fungsi.[2]Dari pengertian ini,
maka perkawinan sesama jenis, seperti dilakukan oleh kaum homoseksual dan
lesbian, sebenarnya tidak dapat disebut perkawinan. Perkawinan sejenis ini
adalah ibarat memakai sepatu yang kedua-duanya kiri atau kedua-duanya kanan
sehingga tidak dapat dikatakan sebagai pasangan yang cocok. Di
negara-negara tertentu yang menjalankan politik sekularisasi, perkawinan
pasangan berlainan jenis dizinkan oleh undang-undang.
Jadi, perkawinan sebenarnya adalah pertemuan dua orang manusia berlainan jenis, yang diikat oleh sebuah perjanjian sehingga menyatu secara fisik dalam bentuk pesetubuhan serta hubungan badan lainnya dan secara batin dalam bentuk ikatan batin untuk mencapai tujuan perkawinan.
Perkawinan dimulai dari perjanjian antara calon suami dan calon isteri yang disebut kontrak perkawinan (‘aqd an-nikâh). Kontrak ini dilakukan di depan seorang penghulu sebagai pencatat kontrak, mirip seorang notaris dalam perjanjian biasa, disaksikan paling tidak oleh dua orang saksi dan pembayaran mas kawin oleh suami kepada isteri dalam jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Jadi, perkawinan sebenarnya adalah pertemuan dua orang manusia berlainan jenis, yang diikat oleh sebuah perjanjian sehingga menyatu secara fisik dalam bentuk pesetubuhan serta hubungan badan lainnya dan secara batin dalam bentuk ikatan batin untuk mencapai tujuan perkawinan.
Perkawinan dimulai dari perjanjian antara calon suami dan calon isteri yang disebut kontrak perkawinan (‘aqd an-nikâh). Kontrak ini dilakukan di depan seorang penghulu sebagai pencatat kontrak, mirip seorang notaris dalam perjanjian biasa, disaksikan paling tidak oleh dua orang saksi dan pembayaran mas kawin oleh suami kepada isteri dalam jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Perkawinan dapat disebut
sebagai salah satu lembaga masyarakat yang melahirkan berbagai hubungan.
Pertama adalah hubungan darah kepada anak cucu. Kedua adalah hubungan semenda
kepada keluarga asal kedua belah pihak. Ketiga adalah hubungan kewarisan.
Keempat adalah hubungan hak dan kewajiban. Ini tentu di samping hubungan
ketetanggaan karena sebuah keluarga hidup salam suatu lingkungan masyarakat.
Begitu banyaknya hubungan yang dilahirkan oleh lembaga ini sehingga memerlukan
pengaturan yang rinci dari agama dan/atau perundang-undangan negara.
C.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian
perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki
perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang
berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan
sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan. Untuk tingkat
kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan,
keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat, konsep ego, dan
kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan mereka,
termasuk rumah tangga yang baru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan
pekerjaan.
Dyer (1983) menyatakan penyesuaian perkawinan adalah adanya
bermacam-macam proses dan penyesuaian didalam hubungan perkawinan antar
pasangan, dimana adanya proses untuk mengakomodasikan situasi sehari-hari,
menyeimbangkan kebutuhan masing-masing, ketertarikan, role-expectation, dan
pandangan, dan beradaptasi untuk perubahan kondisi perkawinan dan kehidupan
keluarga.
Menurut LeMasters (dalam Dyer, 1983) penyesuaian perkawinan
bisa dikonseptualisasikan sebagai kapasitas penyesuaian atau adaptasi, sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah daripada kemangkiran dari masalah.
Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa penyesuaian
perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda
sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung
jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. Penyesuaian perkawinan ini juga
dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai suami istri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
perkawinan adalah dua orang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan
diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan
kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan
kebutuhan, keinginan dan harapan.
D.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng
cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui
masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang
membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua
kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin
mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama
menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil
keputusan.Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya
ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah
kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang
berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih
penting untuk diusahakan bersama.Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu
menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu
mengecilkan hati, menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi kan
pengalaman, tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik
lagi dari pernikahan sebelumnya.
E. Alternatif Selain
Pernikahan
Mengapa ada pernikahan?karena kita ingin terikat dengan
individu lain agar hidup kita lebih dalam dan bermakna daripada cara hidup
independen dan bebas yang pernah kita jalani. Namun ada juga beberapa orang
yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin mereka beranggapan bahwa
ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan terasa sulit karena
menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa saja kita hadapi.
Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah
melalui segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan
untuk sendiri (single life) bisa saja disebabkan karena traumatik tersendiri
yang pernah mereka rasakan sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai
hidup secara bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan
hidup seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit
yang lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan
arti yang mendalam.
“Pernikahan yang sukses adalah seperti tenunan dalam beludru
kehidupan praktis. Seperti nada harmoni yang dipetik hubungan realistis. Dan
pernikahan yang sukses adalah hasil gabungan cinta, penghormatan, kesetiaan,
dan sikap saling mendukung”.
Daftar Pustaka