Banyak orang yang mengalami coping stress namun tidak tahu apakah itu akan berdampak baik atau buruk bagi kesehetan orang yang mengalami khususnya ibu-ibu yang mengalami baby blues. Sebelum kita membahas hal tersebut kita harus mengerti dahulu masing-masing pengertian dari coping stress dan baby blues.
COPING STRESS
Koping
termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari
kata coping yang bermakna harfiah pengatasan/penanggulangan (to cope
with = mengatasi, menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan
istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka
penggunaan istilah tersebut di pertahankan dan langsung di serap ke dalam
bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa coping (koping) tidak sederhana
makna harafiahnya saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian
diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem
solving). Pengertian koping memang dekat dengan kedua istilah di atas,
namun sebenarnya agak berbeda. Pemahaman adjustment biasanya merujuk pada
penyesuaian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah
lebih mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga bersifat kognitif.
Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang di lakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/
ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi
tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan
kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi
stress/tekanan.Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense
mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis
koping.Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai
dua hal yang berbeda. Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:
1. Tindakan
langsung (Direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap setiap usaha tingkah laku yang dijalankan
oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan
dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu
menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada
4 macam koping jenis tindakan langsung:
a. Mempersiapkan
diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara
langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan
bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu
mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata
kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya
prestasinya lebih baik dibanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya
mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya
adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua
supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit
tertentu.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen
yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu
merasa/menilai dirinya lebih kuat/berkuasa terhadap agen yang mengancam
tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah Jakarta
terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut tergolong ke
dalam agresi, dan tindakan tersebut bisa dilakukan karena pemerintah memiliki
kekuasaan yang lebih besar dibanding dengan penduduk setempat yang digusur.
c. Penghindaran
(avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan
berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau menghindari atau
melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, penduduk yang
melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada
daerah-daerah konflik seperti Aceh.
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan
dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja
agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan
diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-orang
China yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah
terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka.
2. Peredaan atau
peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/menghilangkan/ menoleransi
tekanan-tekanan kebutuhan/fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan
emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.Ada 2 macam koping
jenis peredaran/palliation :
a. Diarahkan
Pada Gejala (Sympton Directed Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan gejala-gejala gangguan muncul
dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi
gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau
ancaman tersebut.
b. Cara
Intrapsikis (Intrapsychic Modes)
Koping jenis peredaran dengan cara intrapsikis adalah dengan cara-cara
yang menggunakan perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan
istilah Defense mechanism (mekanisme pertahanan diri).
JENIS-JENIS KOPING YANG
KONSTRUKTIF/SEHAT
KOPING KONSTRUKTIF/MERUSAK :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu
penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif
pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap
paling menguntungkan.
2. Objektifitas
Yaitu
kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam
pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan
untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang
tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu
kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang
dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang
sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu
kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi,
sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak
dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu
kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga
memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih
konstruktif.
6. Toleransi
terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu
kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak
jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan
untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan
untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
KOPING POSITIF ( SEHAT)
1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu
perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau
pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi
akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan
alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi
berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain
dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi
konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang
lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme
merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang
lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari
luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan
diri (self assertion)
Individu
berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara
mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi
dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5. Pengamatan
diri (Self observation)
Pengamatan
diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara
objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap
tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan
pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.
Nah, itulah pengertian dari coping stress berikut kita akan membahas apa itu baby blues.
BABY BLUES
Baby Blues Syindrome yang biasa juga dikenal sebagai
Postpartum Distress Syndrome merupakan suatu kondisi dimana muncul
perasaan gundah gulana atau adanya perasaan sedih yang di alamai oleh
para ibu pasca melahirkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada 14 hari
pertama pasca melahirkan dan cenderung memburuk pada 3 ata 4 hari pasca
melahirkan. Namun jika ibu mengalami kondisi yang sama melebihi batas
normal 2 minggu, maka baiknya ibu berkonsultasi dengan dokter, karena di
khawatirkan mengalami Postpartum Depression.
Banyak kalangan menilai adalah hormon yang menyebabkan ibu mengalami baby blues syndrome. Pada saat kehamilan, ibu banyak mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melahirkan, perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Perubahan-perubahan yang kembali terjadi pada diri anda akan sangat mempenngaruhi perasaan ibu. Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.
Selain hormon, hadirnya si kecil yang harus betul-betul diawasi, dipenuhi perhatiannya, diasuh siang dan malam banyak menguras tenaga ibu, sehingga ibu mengalami keletihan dan kurang waktu istirahat. Perubahan pola hidup ini juga sebagai faktor banyak ibu pasca melahirkan mengalami depresi. Selain itu kecemasan yang menghantui para ibu, kecemasan akan masa depan anak, kecemasan apakah mampu atau tidaknya membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya yang menghantui ibu juga bisa memicu baby blues syndrome. Ibu yang mengalami Baby Blues Syndrome biasanya akan mengalami gejala-gejala:
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Andi Sunaryo.
2002.
Banyak kalangan menilai adalah hormon yang menyebabkan ibu mengalami baby blues syndrome. Pada saat kehamilan, ibu banyak mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melahirkan, perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Perubahan-perubahan yang kembali terjadi pada diri anda akan sangat mempenngaruhi perasaan ibu. Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.
Selain hormon, hadirnya si kecil yang harus betul-betul diawasi, dipenuhi perhatiannya, diasuh siang dan malam banyak menguras tenaga ibu, sehingga ibu mengalami keletihan dan kurang waktu istirahat. Perubahan pola hidup ini juga sebagai faktor banyak ibu pasca melahirkan mengalami depresi. Selain itu kecemasan yang menghantui para ibu, kecemasan akan masa depan anak, kecemasan apakah mampu atau tidaknya membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya yang menghantui ibu juga bisa memicu baby blues syndrome. Ibu yang mengalami Baby Blues Syndrome biasanya akan mengalami gejala-gejala:
- Rasa sedih dan depresi memenuhi perasaan ibu hingga menyebabkan ibu sering menangis
- Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.
- Kerap kali ibu merasa kelelahan dan sering dihinggapi sakit kepala
- Sering merasa kurang percaya diri
- Sering mengalami rasa cemas
- Mengalami kesulitan dalam berisitirahat atau susah tidur
- Sering mengalami rasa takut akan berbagai hal
- Lakukan persiapan yang matang sebelum melahirkan. Persiapan di sini bisa meliputi persiapan fisik (perlengkapan bayi, dana, dll) maupun persiapan mental. Karena seorang ibu yang sudah matang dan siap dalam menghadapi persalinan, maka mental ibu akan terasah tatkala ibu memiliki buah hati baru.Selengkapnya mengenai persiapan melahirkan bisa di baca di artikel ini:
- Lengkapi pengetahuan ibu akan perawatan dan kesehatan seputar bayi. Pengetahuan bisa di dapat melalui buku, majalah, forum atau situs-situ bayi. Untuk di bidanku.com anda bisa mencari pengetahuan tentang merawat bayi di kategori Dunia Balita. Ibu yang telah siap dalam melakukan perawatan bayi dan telah paham betul bagaimana cara membesarkan bayi dengan benar akan terhindar dari baby blues syndrome
- Support dari keluarga sangat penting terutama dari suami guna menghindarkan ibu terkena baby blues syndrome. Berkeluh kesahlah pada suami, berbagi tugas dan tanggung jawablah dengan suami akan meringankan beban ibu
- Berisitirahatlah selagi kesempatan untuk beristirahat itu ada. Merawat bayi memerlukan perhatian ekstra. Dibutuhkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit yang dapat membuat ibu sangat letih. Oleh karena itu jika ada waktu istirahat manfaatkan dengan baik, atau mintalah pengasuhan sebentar baik oleh suami atau keluarga lainnya untuk memberikan anda waktu untuk beristirahat.
- Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu yang lain dipercaya dapat mengurangi beban ibu pasca melahirkan. Anda bisa melakukan hal ini dengan berbagai komunitas ibu yang ada. Untuk di Bidanku.com anda bisa bergabung di Komunitas Bunda.
- Perhatikan pola makan anda. jaga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi ibu. Selain untuk kualitas ASI, nutrisi dan vitamin yang terpenuhi akan membuat ibu makin tampil sehat pula.
- Be positf. Buang jauh-jauh perasaan negatif tentang apa pun itu. Hidup akan terasa ringan jika anda selalu berpikiran positif.
- Jangan lupa berdoa, berserahlah kepada Yang Maha Kuasa karena segala sesuatu pasti ada di TanganNya. Berdoalah agar kehidupan anda keluarga, dan anak anda senantiasa dalam lindungan dan berokahNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar