Kamis, 01 Oktober 2015

DIMENSI KOMUNIKASI



BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Bahasa menjadi dasar setiap manusia untuk memahami atau berkomunikasi dengan yang lain. Dan komunikasi menjadi hal yang penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan yang lain. Komunikasi hanya akan terjadi bila seseorang mulai berbicara dengan yang lain sesuai dengan makna atau bahasa yang dipahami oleh orang lain juga.

Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi permasalahan diatas maka kami menyimpulkan beberapa hal permasalahan yang dapat di bahas dalam makalah ini, yaitu:
1.        Apa itu komunikasi?
2.        Apa saja dimensi dalm komunikasi?
3.        Apa yang berhubungan dengan komunikasi?

Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan kami sebagai manusia mencari pembahasan penulisan ini hanya menggunakan beberapa buku reverensi dan kami juga melakukan searching jurnal dan e-book di internet untuk membantu kami dalam mencari tahu permasalahan ini.

Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
”Bagaimana manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain?”

Kegunaan pembahasan
Kegunaan pembahasan ini adalah sebagai informasi bagi kita semua agar kita mengetahui lebih jauh dan mendalam lagi tentang dimensi komunikasi dan apa yang berhubungan dengan komunikasi

Tujuan Pembahasan
Pembahasan ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan penyelesaian tugas yang diberikan perkelompok oleh dosen pengajar Afmi Fuad dalam mata kuliah Psikologi Manajemen.

Metode Pembahasan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode studi pustaka menggunakan buku dan kami juga melakukan searching jurnal dan e-book di internet untuk membantu kami dalam mencari tahu permasalahan ini.

Waktu dan Lokasi Pembahasan
Pembahasan ini dilakukan di bekasi dalam jangka waktu 2 hari. Dimulai dari pengumpulan intisasi-intisari yang dikerjakan oleh anggota kelompok sesuai dengan bagian-bagianya dan menggabungkan dan disusun menjadi satu.

BAB 2. PEMBAHASAN

Pengertian Komunikasi
(Disusun Oleh Kurniawan Wicaksono : 14513901)

Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makana “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini adalah manusia. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut dijelaskan secara efektif oleh Effendy bahwa para ahli komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyannya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel to Whom with What Effect? Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:

• Komunikator (siapa yang mengatakan?)
• Pesan (mengatakan apa?)
• Media (melalui saluran apa?)
• Komunikan (kepada siapa?)
• Efek (efek apa?)

Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, secara sederhana prosese komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambing (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.

Kemudian, komunikan menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti komunikan menafsirkan lambing yang mengandung perasaan dan pikiran komunikator. Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh komunikan. Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan lancara apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang pengalaman komunikan.

Unsur-unsur Komunikasi
1.      Sumber, pengirim informasi yang bias terdiri dari satu orang, maupun kelompok. Sumber umumnya disebut sebagai Komunikator, Source, Sender, Encode.
2.      Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima yang dapat disampaikan cara tatap muka  atau melalui media komunikasi. Pesan disebut juga sebagai Massage.
3.      Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.
4.      Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima pesan bisa satu atau lebih. Penerima bisa disebut Komunikan, Audience, Receiver.
5.      Efek adalah perbedaan antara apa yang difikirkan, disesuaikan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
6.      Umpan balik adalah salah satu bentuk pengaruh yang berasal dari penerima.

Faktor-faktor yang Memperlancar dan Menghambat Komunikasi
1.      Faktor-faktor yang memperlancar komunikasi:
-          Saling Membutuhkan
-          Menggunakan Media
-          Menggunakan Bahasa yang Mudah dipahami
-          Waktu yang Cukup
-          Menguasai Metode Penyampaian
2.      Faktor-faktor  yang menghambat komunikasi
-          Keterbatasan waktu tidak sempat berkomunikasi, tergesa-gesa dalam berkomunikasi, artinya tidak memenuhi persyaratan komunikasi
-          Jarak Psikologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan, 
-          Evaluasi dini seringkali orang sudah berprasangka atau menarik kesimpulan sebelum menerima, menggalang keseluruhan informasi atau pesan dan mencemari menghambat komunikasi yang baik, 
-          Lingkungan yang tidak mendukung 
-          Suhu, panas atau dingin akan mengganggu komunikasi,
-          Ribut, lingkungan fisik yang tidak mendukung, 
-          Keadaan fisik, perasaan pengirim pesan berpengaruh terhadap suksesnya komunikasi, misalnya:
-          Komunikator bermasalah pribadi akan mengakibatkan pesan yang disampaikannya juga kacau.
-          Komunikator yang sakit fisik seperti suara sengau, gagap, dan sebagainya, akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran 
-          Keadaan si penerima pesan sama dengan komunikator, maka keadaan komunikan sangat mempengaruhi pula komunikasi, misalnya: Keadaan/perasaannya, Kesehatan fisiknya, Memiliki cacat dan lain lain.

Dimensi-dimensi Komunikasi
1. Isi
A biasanya berbicara kepada B tentang sesuatu. Proses itu mempunyai suatu isi. Apabila kita bersuara di dalam suatu percakapan, biasanya isinya pertama-tama adalah diri kita. Memang,isi dari komunikasi adalah merupakan halyang dipikirkan oleh para ahli psikologi dan ahli bisnis ketika mereka memikirkan tentang hubungan antar manusia. Kita juga dapat melihat adanya pembagian golongan dalam hasil. Kita dapat membeda-bedakan kategori dari jenis isi, misalnya apakah hal itu merupakan fakta atau merupakan perasaan.


2. Suara
     Kita dapat menjumpai suara saluran seperti gangguan udara pada kawat telepon yang menyebabkan B sukar untuk mendengar apa yang dikatakan oleh A. kita juga perlumemikirkan tentang adanya suara-suara psikologis, seperti misalnya pikiran B tentanghal-hal lain, sehingga sekali lagi adalah sukar bagi B untuk mendengarkannya: ia tidakmemahami kata-kata yang dipergunakan oleh A di dalam cara sebagaimana A memahaminya.

3. Jaringan
Biasanya kita berpikir bahwa percakapan antara A dengan B adalah langsung. Tetapibanyak percakapan semacam itu, terutama di dalam organisasi, ditengahi oleh orang lain. Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan oleh bagan organisasi kepada kita ialah bahwa A dapat berbicara dengan B hanya dengan melalui C atau D. Sebagaimana satu babberikut akan memperlihatkan, bahwa struktur jaringan yang dipergunakan oleh suatuorganisasi dapat sangat bermanfaat bagi kecepatan dan ketepatan komunikasi antaranggotanya satus ama lain.

4. Arah
Arah Komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu satu arah dan dua arah. Lagi-lagi ini adalah merupakan dimensi yang bebas. Apapun yang mungkin dikatakan oleh A dan B, sejauhmana pun gangguan suara ikut terlibat, bagaimanapun jaringannya, A mungkin berbicaradengan B cara ini: A=>B; atau cara ini: A=><=B. A dapat berbicara dan B hanya dapatmendengarkan, yaitu komunikasi satu arah; atau A dapat berbicara dan B dapat membalasberbicara kembali, yaitu komuniksai dua arah.

Hal-hal yang Behubungan dengan Dimensi Komunikasi
Dimensi Komunikasi
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan sebagainya
Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi

1.        Komunikasi internal.
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:

a.         Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan.

b.        Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

2.        Komunikasi eksternal.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

a.Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.

b.Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

Dimensi-Dimensi Komunikasi Antar Budaya (KAB)
(Disusun Oleh Dondwi S.W.S : 12513633)

Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan dalam konteks KAB, ada 3 (tiga) dimensi yang perlu diperhatikan: (1) Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan; (2), Konteks sosial tempat terjadinya KAB, (3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan-KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal).

Dimensi pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut.
1. Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
2. Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
3. Nasional /negara, misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
4. Kelompok-kelorripok etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam, Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia.

Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antarindividu dengan kebudayaan nasional yang berbeda (seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika/Indonesia) atau antarindividu dengan kebudayaan ras-etnik yang berbeda (seperti antarpelajar penduduk asli dengan guru pendatang). Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada "kebudayaan individual" karena setiap orang mcwujudkan latar belakang yang unik.

Dimensi kedua menyangkut Konteks Sosial. Macam kcgiatan KAB dapat dikJasifikasi lagi berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial KAB meliputi: bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan alih teknologi/ pembangunan/difusi inovasi, konsultasi terapis. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memiliki persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang menyangkut penyampaian, penerimaan, dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, misalnya: komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Dengan demikian konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.

Dimensi ketiga berkaitan dengan Saluran Komunikasi. Dimensi ini menunjukkan tentang saluran apa yang dipergunakan dalam KAB. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas:
antarpribadi/perorangan, media massa.

Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya: Orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada di sana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan dan oleh karena itu pada pokoknya bersifat satu arah

Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Tema pokok yang sangat membedakan studi KAB dari studi-studi komunikasi lainnya ialah derajat perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikator yang disebabkan • oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai asumsi. dasar adalah bahwa di antara individu-individu dengan kebudayaan yang sama umumnya terdapat kesamaan (homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan.

Perbedaan-perbedaan kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta perbedaan-perbedaan lainnya, seperti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi permasalahan yang inheren dalam proses komunikasi manusia. Dengan sifatnya yang demikiari, KAB bisa dianggap merupakan perluasan dari bidang-bidang studi komunikasi manusia, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi organisasi dan lain-lain atau dengan kata lain, KAB bisa terdapat dalam semuanya.

Selama rnasa perkembangan KAB, telah banyak para ahli yang mencoba untuk mendefinisikannya. Di bawah ini dikutipkan beberapa di antaranya:

"Intercultural communication ... the art of understanding and being understood by the audience of another culture." (Sitaram, 1970). {Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memilikjrkebudayaan lain).

"Communication is cultural when occurring between peoples  of 'differentculture." (Rich, 1974).
(Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya).
"Intercultural communication .... communication which occurs under condition of cultural difference-language, values, costumes, and habits." (Stewart, 1974).

(Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan):

Dari semua definisi .tersebut, tampak jelas penekananhya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Walaupun KAB mengakui dan mengurusi permasalahan tentang persamaan-persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antara pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses komunikasi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan, yang mencoba untuk berinteraksi. Maka, dim konsep terpenting di sini, yakni: Kontak dan komunikasi merupakan ciri yang membedakan studi KAB dari studi-studi antropologi dan psikolop lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan kebudayaan-kebudayaan antar budaya.

Dimensi-Dimensi Komunikasi Antar Budaya
Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan dalam konteks KAB, ada 3 (tiga) dimensi yang perlu diperhatikan: (1) Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan; (2), Konteks sosial tempat terjadinya KAB, (3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan-KAB (baik yang bersifat verbal maupun nonverbal).

Dimensi pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut.
1.        Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
2.        Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
3.        Nasional /negara, misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
4.        Kelompok-kelorripok etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam, Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia.
5.        Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial, coundercultures (budaya Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

Perhatian dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antarindividu dengan kebudayaan nasional yang berbeda (seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika/Indonesia) atau antarindividu dengan kebudayaan ras-etnik yang berbeda (seperti antarpelajar penduduk asli dengan guru pendatang). Bahkan ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada "kebudayaan individual" karena setiap orang mcwujudkan latar belakang yang unik.

Dimensi kedua menyangkut Konteks Sosial. Macam kcgiatan KAB dapat dikJasifikasi lagi berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial KAB meliputi: bisnis, organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan alih teknologi/ pembangunan/difusi inovasi, konsultasi terapis. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memiliki persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang menyangkut penyampaian, penerimaan, dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, misalnya: komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Dengan demikian konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan, ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.

Dimensi ketiga berkaitan dengan Saluran Komunikasi. Dimensi ini menunjukkan tentang saluran apa yang dipergunakan dalam KAB. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas:
1.        antarpribadi/perorangan,
2.        media massa.

Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya: Orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada di sana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung antar partisipan dan oleh karena itu pada pokoknya bersifat satu arah

Kaitan Antara Komunikasi dan Kebudayaan Hubungan Timbal Balik Antara Komunikasi dan Kebudayaan
(Disusun Oleh Heru Wimangun : 14513098)

Dari berbagai definisi tentang KAB seperti yang telah dibahas sebelumnya, tampak bahwa unsur-unsur pokok yang mendasari proses komunikasi antar budaya ialah konsep-konsep tentang "kebudayaan" dan "komunikasi". Hal ini pun digaris bawahi oleh Sarbaugh (1979) dengan pendapatnya bahwa pengertian tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi dan kebudayaan, serta adanya saling ketergantungan antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti, menurut Sarbaugh, apabila disadari bahwa: (1) Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok kebudayaan khusus tertentu; (2) Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.

Sementara itu, Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan kebudayaan kurang lebih sebagai berikut. Pertama, kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama. Kedua, untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang, yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.

Untuk lebih mengerti hubungan antara komunikasi dan kebudayaan, kiranya ada manfaatnya bila ditinjau dari sudut perkembangan masyarakat, perkembangan kebudayaan serta peranan komunikasi dalam proses perkembangan tersebut. Perlu dipahami sebelumnya, bahwa dalam corak hubungan apa pun yang terus berlangsung, beberapa simbol, pengertian, aturan serta pola verbal dan nonverbal khusus tertentu berkembang sebagai akibat dari pemrosesan data resiprokal (timbal-balik) antara orang-orang yang terlibatdi dalamnya.

Pada tahap unit hubungan sosial yang paling kecil seperti hubungan diadik (antara dua orang) maka dengan berkembangnya hubungan ke arah yang lebih erat, misalnya perkenalan, persahabatan, percintaan, perkawinan maka masing-masing orang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola komunikasi, aturan-aturan dan cara-cara berpikir orang lainnya yang terdekat dalam ikatan hubungan itu. Dengan meJalui proses kompromi dan negosiasi yang mungkin tidak sepenuhnya disadari o'eh kedua belah pihak maka suatu kesatuan perpaduan dari aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan, cara-cara memberi salam, lambang-lambang, pengetahuan dan pengertian-pengertian yang sudah membaku terbentuk. Proses standarisaSi dan pola-pola ini berlangsung secara alami saat para individu yang teriibat dalam hubungan rriengadakan penyesuaian dengan lingkungannya. Secara kolektif, pola-pola yang dimiliki bersama ini dapat dianggap sebagai "kebudayaan" dari hubungan khusus tersebut.

Hakikat Kebudayaan dalam KAB
Untuk sampai pada pemahaman tentang proses komunikasi antar budaya beserta masalah-masalah yang menyertainya, perlu pengetahuan tentang konsep "kebudayaan" dan pengaruhnya terhadap cara-cara orang berkomunikasi. Hal ini penting, terutama bilamana permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses komunikasi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kebudayaan.

Kebudayaan, sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu maka kebudayaan telah diartikan secara bermacam-macam. Mungkin penggunaan yang paling sering akan istilah "kebudayaan" adalah sinonim dari "Negara" atau 'Bangsa". Istilah kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk pada kualitas atau sifat-sifat tertentu. Misalnya:

Orang yang tidak menggunakan tata bahasa yang benar dalam berbicara, tidak menurut etiket cara makan, atau kurang pengetahuan mengenai hal-hal yang berbau seni, digambarkan atau disebut sebagai orang yang "tidak berbudaya", walaupun yang: dimaksud sesungguhnya menunjukkan bahwa orang tersebut tidak berpendidikan atau tidak berpengalaman dalam hal-hal yang indah secara duniawi

Sepanjang hidupnya orang mempelajari aturan-aturan kebudayaannya. Bahkan tidak sedikit yang dilakukan di 'luar kesadarannya agar ia dapat diterima dan tidak dikucilkan. dalam lingkungannya. Karena sebagian terbesar waktu hidupnya dihabiskan dalam kebudayaan, tidaklah mengherankan jika kebudayaan itu digunakan sebagai ukuran untuk penilaian.

BAB 3. PENUTUP

Analisis Kelompok
Komunikasi sering dilakukan oleh manusia, baik itu komunikasi verbal, non verbal, satu arah, dua arah. Setiap individu pasti sering berkomunikasi dengan satu orang bahkan lebih. Ketika Kita ingin ke suatu tempat atau pergi pasti kita juga butuh komunukasi, namun hal ini mungkin terkendala dengan sebuah bahsa ketika kita sampai di sebuah tempat yang tidak mengerti akan bahasa yang kita gunakan, maka dari itu bahasa menjadi factor utama dalam hal berkomunikasi.
Selain itu, kita juga tidak akan bisa lepas dari peran media masa seperti internet, Koran, televisi dll untuk kita mengetahui informasi yang berada diluar sana. Maka dari itu komunikasi juga dapat dilakukan dengan satu arah namun dapat memberikan sebuah informasi ke orang banyak.

Daftar Pustaka
widyo.staff.gunadarma.ac.id
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Anggota : 
Dondwi S.W.S
Heru Wimangun
Kurniawan Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar